Pada hari Kamis, 25 April 2024, ratusan aktivis iklim menyerbu kantor pusat Citibank di Lower Manhattan. Aksi yang dijuluki “#ClimateShutdown” oleh penyelenggara bertujuan untuk mengganggu aktivitas bisnis seperti biasa dan menekan lembaga keuangan tersebut untuk menghentikan pendanaan proyek bahan bakar fosil.
Menurut laporan ABC 7 New York, lebih dari 300 orang berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut. Para demonstran memblokir pintu masuk bank, meneriakkan slogan dan memegang tanda-tanda yang mengecam keterlibatan Citibank yang terus berlanjut dalam industri bahan bakar fosil.
Aksi tersebut mengakibatkan kehadiran polisi yang signifikan, dengan pihak berwenang akhirnya menangkap sejumlah pengunjuk rasa. Jumlah pasti penangkapan masih belum jelas, dengan angka yang bervariasi dilaporkan oleh sumber yang berbeda.
Aktivis Menuduh Citibank Melakukan “Greenwashing” Terhadap Catatan Lingkungan
Penyelenggara protes, yang meliputi kelompok-kelompok seperti Extinction Rebellion dan New York City Shut It Down, merilis pernyataan yang menguraikan keluhan mereka terhadap Citibank. Tema yang berulang adalah dugaan kemunafikan bank dalam mempromosikan dirinya sebagai perusahaan yang peduli lingkungan sambil secara bersamaan mendanai proyek bahan bakar fosil.
“Tidak Ada Ekonomi di Planet Mati,” demikian pernyataan dari outlet berita progresif Common Dreams, mengutip pernyataan pengunjuk rasa. “[Citibank] mengklaim peduli terhadap keberlanjutan, tetapi tindakan mereka berbicara lebih keras daripada kata-kata,” lanjut pernyataan tersebut.
Sentimen serupa digaungkan oleh Patrick Greenfield, juru bicara New York City Shut It Down, “Citibank adalah pemodal bahan bakar fosil terbesar kedua di dunia,” kata Greenfield. “Mereka secara aktif mendanai krisis iklim sambil berpura-pura menjadi pemimpin dalam masalah lingkungan. Ini adalah greenwashing, dan ini harus dihentikan.”
Protes ini muncul di tengah meningkatnya pengawasan terhadap catatan lingkungan Citibank. Menurut laporan tahun 2023 dari Rainforest Action Network, Citibank merupakan penyandang dana bahan bakar fosil terbesar kedua di dunia, setelah memberikan lebih dari $73 miliar dalam bentuk pinjaman dan penjaminan kepada industri ini sejak penandatanganan Perjanjian Paris pada tahun 2015. Angka ini menempatkan Citibank di belakang Mizuho Financial Group dari Jepang.
“Citibank mengklaim bahwa mereka melakukan aksi iklim, namun dukungan finansial mereka terhadap bahan bakar fosil menunjukkan hal yang berbeda,” ujar seorang juru bicara Sunrise Movement di New York City, sebuah organisasi aktivis iklim yang dipimpin oleh para pemuda. “Kami membutuhkan bank-bank untuk berhenti mendanai industri yang menghancurkan planet ini.”
Citibank Menanggapi dengan Menyoroti Investasi Berkelanjutan
Menanggapi protes tersebut, Citibank mengeluarkan pernyataan yang mengakui pentingnya aksi iklim. Pernyataan tersebut menekankan komitmen bank terhadap praktik-praktik berkelanjutan.
“Kami memahami urgensi krisis iklim,” bunyi pernyataan itu. “Citibank berkomitmen untuk bekerja menuju masa depan net-zero dan telah memobilisasi ratusan miliar dolar untuk investasi berkelanjutan.”
Pernyataan tersebut selanjutnya merinci dukungan bank terhadap proyek energi terbarukan dan upayanya untuk membantu klien beralih dari bahan bakar fosil. Namun, bank tersebut tidak secara langsung menanggapi tuduhan pengunjuk rasa terkait dukungan berkelanjutannya terhadap industri bahan bakar fosil.
Gerakan Aksi Iklim yang Tumbuh
Protes di New York City hanyalah satu contoh dari gerakan global yang berkembang yang menuntut tindakan terhadap perubahan iklim. Aktivis di seluruh dunia menekan pemerintah dan perusahaan untuk mengambil langkah signifikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi efek perubahan iklim.
Protes tersebut juga menyoroti perdebatan yang sedang berlangsung seputar peran sektor keuangan dalam krisis iklim. Sementara beberapa pihak, seperti pengunjuk rasa di New York, berpendapat bahwa bank memiliki tanggung jawab untuk divestasi dari bahan bakar fosil, yang lain berpendapat bahwa lembaga keuangan dapat memainkan peran positif dengan mengarahkan investasi ke solusi energi terbarukan.
Masa depan hubungan Citibank dengan industri bahan bakar fosil masih harus dilihat. Bank ini menghadapi tekanan dari kedua belah pihak: dari para aktivis lingkungan yang menuntut penghentian pembiayaan bahan bakar fosil, dan dari para investor yang mungkin mengkhawatirkan keberlanjutan jangka panjang industri ini.
“Sektor keuangan memiliki peran penting dalam mengatasi krisis iklim,” ujar ekonom lingkungan Dr. Lisa Moore dalam sebuah wawancara dengan Inside Climate News, “Dengan melepaskan diri dari bahan bakar fosil dan berinvestasi pada energi terbarukan, bank-bank dapat membantu menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi semua.”
Dalam beberapa bulan dan tahun ke depan, para aktivis iklim akan terus berupaya untuk menekan Citibank dan lembaga keuangan lainnya untuk mengambil sikap yang lebih proaktif terhadap perubahan iklim. Hasil dari upaya ini dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap transisi global menuju masa depan energi bersih.