Zimbabwe menghadapi krisis mata uang yang semakin parah, dengan nilai tukar lokal yang terus menurun, harga yang melonjak, dan kekurangan barang-barang pokok. Pemerintah negara itu sedang mencari cara untuk menstabilkan mata uang lokal, yang dikenal sebagai dolar Zimbabwe atau Zimdollar, yang telah kehilangan kepercayaan publik dan investor.
Sejarah Hiperinflasi
Zimbabwe pernah mengalami hiperinflasi yang dahsyat pada tahun 2008-2009, ketika tingkat inflasi mencapai 79,6 miliar persen per bulan pada November 2008. Pada saat itu, pemerintah Zimbabwe menghapuskan mata uangnya sendiri, yang sudah tidak berharga, dan menggantinya dengan berbagai mata uang asing, terutama dolar AS, hingga tahun 2016.
Pada tahun 2016, pemerintah Zimbabwe memperkenalkan kembali mata uang lokal, yang disebut bond note, dengan nilai tukar satu banding satu dengan dolar AS. Namun, banyak orang meragukan keabsahan bond note, yang dicurigai sebagai cara untuk menyembunyikan korupsi dan pengeluaran pemerintah yang tidak terkendali. Akibatnya, bond note mulai kehilangan nilainya di pasar gelap, dan menyebabkan kelangkaan uang tunai, bahan bakar, dan barang-barang penting lainnya.
Rencana Baru untuk Menstabilkan Zimdollar
Pada Juni 2019, pemerintah Zimbabwe mengumumkan penghapusan status legal tender dari semua mata uang asing, dan mengganti nama bond note menjadi Zimdollar, sebagai mata uang resmi satu-satunya di negara itu. Langkah ini dimaksudkan untuk mengendalikan inflasi, mengurangi kebocoran devisa, dan meningkatkan produksi lokal.
Namun, kebijakan ini tidak berhasil mengatasi krisis mata uang, karena Zimdollar terus melemah di pasar paralel, dan mencapai sekitar 25 banding satu dengan dolar AS pada awal Februari 2024. Inflasi juga meningkat tajam, dan mencapai 737 persen pada Juli 2020. Banyak toko dan bisnis yang menutup pintunya, atau menaikkan harga secara drastis, karena kesulitan mendapatkan pasokan dan devisa.
Untuk mengatasi situasi ini, pemerintah Zimbabwe sedang merancang rencana baru untuk menstabilkan Zimdollar, yang melibatkan beberapa langkah, antara lain:
- Membentuk tim tugas khusus untuk menilai masalah mata uang, dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah.
- Menerapkan pajak 2 persen untuk setiap transfer uang, sebagai sumber pendapatan bagi pemerintah, dan untuk mengurangi transaksi tunai.
- Meninjau kembali kebijakan nilai tukar, dan kemungkinan mengadopsi sistem nilai tukar mengambang, yang akan memungkinkan Zimdollar menyesuaikan diri dengan kondisi pasar.
- Melakukan reformasi struktural, seperti mengurangi pengeluaran pemerintah, memprivatisasi perusahaan-perusahaan milik negara, dan membayar utang luar negeri, untuk meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan terhadap perekonomian Zimbabwe.
Tantangan dan Harapan
Rencana baru pemerintah Zimbabwe untuk menstabilkan Zimdollar menghadapi banyak tantangan, baik dari dalam maupun luar negeri. Beberapa tantangan tersebut adalah:
- Kurangnya dukungan politik dan sosial, terutama dari oposisi dan masyarakat sipil, yang menuduh pemerintah ZANU-PF melakukan kecurangan dalam pemilu 2023, dan menyalahgunakan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri.
- Kurangnya bantuan dan pinjaman dari lembaga keuangan internasional, seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, yang menuntut pemerintah Zimbabwe untuk melakukan reformasi ekonomi yang lebih mendalam dan transparan, sebelum memberikan bantuan.
- Kurangnya pasokan dan produksi lokal, yang disebabkan oleh kemarau parah, sanksi ekonomi dari negara-negara Barat, dan kurangnya investasi dan teknologi di sektor pertanian dan industri.
Meskipun demikian, pemerintah Zimbabwe tetap optimis bahwa rencana barunya akan berhasil menstabilkan Zimdollar, dan membawa kemakmuran bagi rakyatnya. Presiden Zimbabwe, Emmerson Mnangagwa, mengatakan bahwa ia bertekad untuk memperbaiki perekonomian Zimbabwe, dan mengembalikan kejayaannya sebagai “lumbung pangan Afrika”.
Pemerintah Zimbabwe juga berharap bahwa rencana barunya akan mendapatkan dukungan dan kerjasama dari negara-negara tetangga, seperti Afrika Selatan, yang memiliki hubungan dagang dan sejarah yang erat dengan Zimbabwe.
Selain itu, pemerintah Zimbabwe juga berharap bahwa rencana barunya akan menarik minat dan kepercayaan dari investor dan pengusaha asing, yang dapat membantu mengembangkan potensi sumber daya alam dan manusia yang dimiliki oleh Zimbabwe.
Kesimpulan dan Kedepannya
Zimbabwe menghadapi krisis mata uang yang semakin parah, yang mengancam stabilitas dan kesejahteraan ekonomi dan sosial negara itu. Pemerintah Zimbabwe sedang mencari cara untuk menstabilkan mata uang lokal, yang dikenal sebagai Zimdollar, dengan merancang rencana baru yang melibatkan beberapa langkah, seperti meninjau kembali kebijakan nilai tukar, menerapkan pajak transfer uang, dan melakukan reformasi struktural.
Rencana baru pemerintah Zimbabwe menghadapi banyak tantangan, baik dari dalam maupun luar negeri, yang membutuhkan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Namun, pemerintah Zimbabwe tetap optimis bahwa rencana barunya akan berhasil menstabilkan Zimdollar, dan membawa kemakmuran bagi rakyatnya.