Turki dan Somalia telah menandatangani beberapa kesepakatan kerjasama di bidang energi dan pertahanan, yang menunjukkan hubungan yang semakin erat antara kedua negara di kawasan Afrika Timur. Kesepakatan-kesepakatan tersebut mencakup eksplorasi dan produksi minyak dan gas, pembangunan dan pelatihan angkatan laut, serta dukungan logistik dan peralatan untuk pasukan darat Somalia.
Kesepakatan-kesepakatan ini dianggap sebagai langkah penting bagi Somalia, yang sedang berusaha membangun kembali negaranya setelah puluhan tahun mengalami konflik, kemiskinan, dan bencana alam. Turki, sebagai salah satu mitra utama Somalia sejak 2011, telah memberikan bantuan kemanusiaan, dukungan anggaran, dan investasi infrastruktur yang signifikan untuk Somalia. Turki juga telah melatih lebih dari 16.000 tentara Somalia, baik di tanah airnya maupun di basis militernya di Mogadishu, yang dikenal sebagai Turksom.
Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas
Pada tanggal 7 Maret 2024, Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki, Alparslan Bayraktar, dan Menteri Minyak dan Sumber Daya Mineral Somalia, Abdirizak Mohamed, menandatangani sebuah perjanjian kerjasama di bidang minyak dan gas bumi di Istanbul. Perjanjian ini mencakup eksplorasi, eksploitasi, pengembangan, dan produksi minyak dan gas bumi di blok-blok darat dan lepas pantai Somalia.
Menurut Mohamed, Turki akan melakukan eksplorasi, penilaian, pengembangan, dan produksi minyak dan gas bumi di blok-blok darat dan lepas pantai Somalia, serta distribusi, pembangunan kilang, penjualan, dan operasi terkait. Mohamed mengatakan bahwa perjanjian ini adalah salah satu protokol dari Kesepakatan Kerangka Kerja Kerjasama Pertahanan dan Ekonomi yang dicapai oleh kedua negara bulan lalu. Namun, ia tidak merinci bagaimana pembagian hasil produksi antara kedua negara.
Bayraktar juga menyambut baik perjanjian ini. Ia menulis di platform media sosial X, “Kami menandatangani sebuah perjanjian antarpemerintah dan nota kesepahaman dengan Bapak Abdirizak Omar Mohamed, Menteri Minyak dan Sumber Daya Mineral Somalia, untuk meningkatkan kerjasama kami di bidang minyak dan gas bumi di blok-blok darat dan lepas pantai Somalia. Dengan perjanjian ini, kami akan melakukan kegiatan bersama untuk membawa sumber daya Somalia kepada rakyat Somalia. Kami bertujuan untuk memperkuat kehadiran Turki di Afrika Timur dengan kerjasama baru di bidang energi.”
Perjanjian ini menunjukkan minat Turki untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam Somalia, yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas bumi yang besar, namun belum tergali. Menurut laporan PBB tahun 2012, Somalia memiliki cadangan minyak mentah sekitar 110 miliar barel dan cadangan gas alam sekitar 150 triliun kaki kubik. Namun, eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di Somalia menghadapi berbagai tantangan, seperti ketidakstabilan politik dan keamanan, sengketa perbatasan, kurangnya regulasi, dan penolakan dari sebagian masyarakat.
Pembangunan dan Pelatihan Angkatan Laut
Pada tanggal 8 Februari 2024, Menteri Pertahanan Turki, Yasar Guler, dan Menteri Pertahanan Somalia, Abdulkadir Mohamed Nur, menandatangani sebuah Kesepakatan Kerangka Kerja Kerjasama Pertahanan dan Ekonomi di Ankara. Kesepakatan ini mencakup berbagai bidang kerjasama pertahanan, termasuk keamanan maritim Somalia.
Menurut Perdana Menteri Somalia, Hamza Abdi Barre, kesepakatan ini meliputi pembangunan, pelatihan, dan perlengkapan angkatan laut Somalia oleh Turki, serta dukungan untuk aset-aset laut Somalia dari ancaman seperti terorisme, perompakan, dan “campur tangan asing”. Presiden Somalia, Hassan Sheikh Mohamud, juga mengatakan bahwa Turki akan membela perairan Somalia selama 10 tahun di bawah kesepakatan ini.
Kesepakatan ini dianggap sebagai respons terhadap kesepakatan yang ditandatangani oleh Ethiopia dan Somaliland pada bulan Januari 2024, yang memberikan akses angkatan laut Ethiopia ke pantai dan pangkalan militer Somaliland. Somaliland adalah wilayah yang memisahkan diri dari Somalia pada tahun 1991, namun tidak diakui oleh komunitas internasional. Somalia menolak keras kesepakatan tersebut, dan menyatakan Ethiopia sebagai “musuh”, karena menganggap Somaliland sebagai bagian dari wilayahnya.
Turki, sebagai salah satu pendukung utama pemerintah pusat Somalia, mengekspresikan keprihatinannya tentang kesepakatan Ethiopia-Somaliland, dan mengatakan bahwa komunitas internasional harus menjunjung hukum dan menghormati serta mengakui integritas teritorial Somalia setelah puluhan tahun mengalami konflik. Turki juga menegaskan bahwa kesepakatan pertahanannya dengan Somalia tidak ditujukan kepada negara ketiga, dalam hal ini Ethiopia.
Dukungan Logistik dan Peralatan untuk Pasukan Darat
Selain kerjasama di bidang energi dan pertahanan maritim, Turki dan Somalia juga telah meningkatkan kerjasama mereka di bidang pertahanan darat. Turki telah menjadi salah satu penyedia utama pelatihan, peralatan, dan logistik untuk pasukan darat Somalia, yang bertugas melawan kelompok militan al-Shabaab, yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
Turki memiliki basis militer di Mogadishu, yang dibuka pada tahun 2017, dengan biaya sekitar $50 juta. Basis ini dapat menampung hingga 10.000 tentara, dan dilengkapi dengan fasilitas medis, lapangan terbang, dan lapangan tembak. Turki juga telah melatih lebih dari 16.000 tentara Somalia, baik di basis ini maupun di Turki. Turki juga telah memberikan bantuan logistik dan peralatan, seperti kendaraan lapis baja, senjata ringan, dan amunisi, kepada pasukan Somalia.
Pada tanggal 2 Maret 2024, sekitar 400 tentara Somalia yang dilatih oleh Turki mulai bertugas setelah upacara penutupan di Turksom. Tentara-tentara ini akan bergabung dengan pasukan Somalia lainnya yang bertempur melawan al-Shabaab di berbagai wilayah di Somalia. Upacara ini dihadiri oleh pejabat-pejabat tinggi dari kedua negara, termasuk Menteri Pertahanan Somalia, Abdulkadir Mohamed Nur, dan Duta Besar Turki untuk Somalia, Mehmet Yilmaz.
Perkuat Kerjasama di Afrika Timur
Kerjasama antara Turki dan Somalia di bidang energi dan pertahanan menunjukkan ambisi Turki untuk memperluas pengaruh dan keterlibatannya di Afrika Timur, sebuah kawasan yang memiliki potensi ekonomi dan strategis yang yang besar. Turki juga ingin meningkatkan hubungan bilateral dan multilateral dengan negara-negara Afrika Timur lainnya, seperti Kenya, Uganda, Rwanda, dan Tanzania.
Turki telah menjalin hubungan diplomatik dengan Somalia sejak tahun 1979, namun hubungan tersebut meningkat secara signifikan sejak tahun 2011, ketika Presiden Turki saat itu, Recep Tayyip Erdogan, mengunjungi Somalia untuk memberikan bantuan kemanusiaan di tengah krisis kelaparan. Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama oleh seorang pemimpin non-Afrika ke Somalia dalam 20 tahun terakhir. Sejak saat itu, Turki telah menjadi salah satu mitra utama Somalia, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun keamanan.
Turki juga telah memperluas keterlibatannya di Afrika Timur secara keseluruhan, dengan membuka kedutaan besar di 15 negara Afrika Timur, serta meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi, dan bantuan pembangunan dengan negara-negara tersebut. Turki juga telah berpartisipasi dalam inisiatif-inisiatif regional, seperti Konferensi Tingkat Tinggi Turki-Afrika, Forum Kerjasama Turki-Afrika, dan Organisasi Kerjasama Islam. Turki juga telah mendukung perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut, dengan berkontribusi dalam misi-misi penjaga perdamaian PBB dan Uni Afrika, serta menengahi konflik-konflik antar negara.