Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato kenegaraan tahunannya pada Kamis (7/3) malam, di tengah tantangan ekonomi, kesehatan, dan keamanan yang dihadapi negaranya. Dalam pidatonya yang berlangsung selama satu jam, Biden menyoroti pencapaian pemerintahannya, mengajak kerja sama antarpartai, dan menantang rival politiknya, mantan Presiden Donald Trump, untuk berdebat secara terbuka.
Perekonomian dan Pandemi
Biden memulai pidatonya dengan menyatakan bahwa Amerika Serikat telah bangkit dari krisis yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan kebijakan Trump. Ia mengklaim bahwa program vaksinasi, paket stimulus, dan reformasi pajak yang dilakukannya telah membantu jutaan warga Amerika untuk pulih dari dampak ekonomi dan kesehatan.
“Kita telah menciptakan lebih dari 10 juta lapangan kerja dalam setahun terakhir, lebih banyak daripada presiden mana pun dalam sejarah,” kata Biden. “Kita telah menurunkan tingkat pengangguran menjadi 3,7 persen, terendah dalam 50 tahun terakhir. Kita telah menekan inflasi menjadi 3,2 persen, terendah dalam 40 tahun terakhir.”
Biden juga menekankan bahwa program vaksinasi yang ia lakukan telah berhasil mengurangi angka kematian dan penularan Covid-19 di Amerika Serikat. Ia mengatakan bahwa lebih dari 80 persen orang dewasa dan 70 persen anak-anak telah divaksinasi penuh, dan bahwa negaranya telah menyumbangkan lebih dari satu miliar dosis vaksin ke negara-negara lain.
“Kita telah mengalahkan virus ini, dan kita akan terus melindungi rakyat kita dari varian baru yang muncul,” kata Biden. “Kita juga telah menunjukkan solidaritas dan kepemimpinan global dengan berbagi vaksin kita dengan dunia. Kita tidak akan membiarkan negara-negara lain mengambil alih peran kita sebagai pemimpin dunia.”
Isu-Isu Luar Negeri
Biden juga membahas sejumlah isu luar negeri yang menjadi fokus kebijakan luar negerinya, seperti konflik di Ukraina dan Gaza, hubungan dengan China dan Rusia, dan perubahan iklim. Ia menegaskan komitmennya untuk mendukung sekutu-sekutu Amerika Serikat, menantang musuh-musuhnya, dan memimpin upaya global untuk mengatasi krisis iklim.
Biden mengulangi dukungannya untuk Ukraina, yang sedang berperang melawan pasukan separatis yang didukung Rusia di wilayah timurnya. Ia mengatakan bahwa Amerika Serikat telah memberikan bantuan militer dan ekonomi kepada Ukraina, dan mendesak Rusia untuk menghormati kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina.
“Kita tidak akan membiarkan Rusia mengancam sekutu kita dan mengganggu stabilitas Eropa,” kata Biden. “Kita akan terus memberikan bantuan yang dibutuhkan Ukraina untuk mempertahankan diri dan rakyatnya. Kita juga akan terus bekerja sama dengan sekutu kita di NATO untuk menahan agresi Rusia.”
Biden juga mengecam serangan roket yang dilancarkan oleh Hamas, kelompok militan Palestina, terhadap Israel, dan menyatakan solidaritasnya dengan negara sekutu tersebut. Ia mengatakan bahwa Amerika Serikat telah memberikan bantuan kemanusiaan dan keamanan kepada Israel, dan mendukung upaya perdamaian di Timur Tengah.
“Kita tidak akan membiarkan Hamas menyerang sekutu kita dan mengancam keamanan kawasan,” kata Biden. “Kita akan terus memberikan bantuan yang dibutuhkan Israel untuk melindungi diri dan rakyatnya. Kita juga akan terus mendorong dialog dan rekonsiliasi antara Israel dan Palestina.”
Biden juga menyoroti persaingan dengan China, yang ia sebut sebagai “saingan strategis terbesar” Amerika Serikat. Ia mengatakan bahwa Amerika Serikat telah meningkatkan kerja sama dengan sekutu-sekutunya di kawasan Indo-Pasifik, seperti Jepang, India, dan Australia, untuk menyeimbangkan pengaruh China. Ia juga mengatakan bahwa Amerika Serikat telah menantang China atas pelanggaran hak asasi manusia, praktik perdagangan yang tidak adil, dan ambisi militer.
“Kita tidak akan membiarkan China menantang kepemimpinan kita dan mengancam nilai-nilai kita,” kata Biden. “Kita akan terus bekerja sama dengan sekutu kita untuk mempromosikan visi bersama tentang kawasan yang bebas, terbuka, dan inklusif. Kita juga akan terus menegakkan aturan dan norma internasional yang mengatur perilaku negara-negara yang bertanggung jawab.”
Biden juga menekankan pentingnya mengambil tindakan nyata untuk mengatasi perubahan iklim, yang ia sebut sebagai “ancaman eksistensial terhadap umat manusia”. Ia mengatakan bahwa Amerika Serikat telah kembali bergabung dengan Perjanjian Paris, dan berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 50 persen pada tahun 2030. Ia juga mengatakan bahwa Amerika Serikat telah memimpin upaya global untuk meningkatkan ambisi dan kerja sama dalam menangani krisis iklim.
“Kita tidak akan membiarkan perubahan iklim menghancurkan planet kita dan masa depan kita,” kata Biden. “Kita akan terus berinvestasi dalam energi bersih, inovasi hijau, dan infrastruktur berkelanjutan. Kita juga akan terus memobilisasi dunia untuk mengambil tindakan bersama dan berskala besar untuk mengurangi emisi, beradaptasi dengan dampak, dan membantu negara-negara yang paling rentan.”
Tantangan untuk Berdebat
Biden menutup pidatonya dengan menantang Trump, yang telah mengumumkan pencalonannya kembali sebagai presiden dari Partai Republik, untuk berdebat secara terbuka dan jujur tentang isu-isu yang penting bagi rakyat Amerika. Ia mengkritik Trump atas kegagalannya dalam menangani pandemi, ekonomi, dan keamanan, serta atas upayanya untuk membatalkan hasil pemilu 2020.
“Rakyat Amerika pantas mendengar dari kami berdua, tanpa gangguan, tanpa kebohongan, tanpa kekerasan,” kata Biden. “Saya menantang Anda, Pak Trump, untuk berdebat dengan saya, kapan saja, di mana saja, tentang apa saja. Saya tidak takut dengan Anda, dan saya yakin rakyat Amerika akan melihat siapa yang lebih layak memimpin negara ini.”
Trump, yang menyaksikan pidato Biden dari Florida, segera menolak tantangan tersebut. Ia mengatakan bahwa Biden adalah presiden terburuk dalam sejarah Amerika Serikat, dan bahwa ia tidak layak untuk berdebat dengannya. Ia juga mengulangi klaimnya bahwa pemilu 2020 dicurangi, dan bahwa ia adalah presiden yang sah.
“Biden adalah lelucon, dan pidatonya adalah bencana,” kata Trump. “Dia tidak tahu apa-apa tentang ekonomi, kesehatan, atau keamanan. Dia hanya mengikuti perintah dari radikal kiri, yang ingin menghancurkan negara kita. Dia juga seorang penipu, yang mencuri pemilu dari saya dengan bantuan media palsu dan mesin suara yang curang.”
Trump menambahkan bahwa ia tidak tertarik untuk berdebat dengan Biden, karena ia yakin bahwa ia akan menang telak dalam pemilu 2024. Ia mengatakan bahwa ia akan terus mengadakan kampanye dan menggalang dukungan dari basisnya, yang ia sebut sebagai “orang-orang Amerika yang patriotik dan cerdas”. “Saya tidak perlu berdebat dengan Biden, karena saya sudah mengalahkannya sekali, dan saya akan mengalahkannya lagi,” kata Trump.