Jurnalis Prancis yang Ditahan di Ethiopia karena Dituduh Berkonspirasi Dibebaskan

Jurnalis Prancis yang Ditahan di Ethiopia karena Dituduh Berkonspirasi Dibebaskan

Antoine Galindo, jurnalis Prancis yang ditahan oleh polisi Ethiopia selama empat hari karena dituduh berkonspirasi dengan kelompok bersenjata, telah dibebaskan dan dideportasi ke Prancis pada Jumat, 1 Maret 2024. Galindo mengatakan dia tidak pernah diperlakukan dengan buruk oleh otoritas Ethiopia, tetapi mengecam penangkapannya sebagai pelanggaran terhadap kebebasan pers.

Galindo, yang bekerja untuk saluran berita Prancis France 24, ditangkap pada Jumat, 22 Februari 2024 di Addis Ababa saat meliput KTT Uni Afrika. Dia dituduh melanggar hukum pers Ethiopia dengan melaporkan tentang urusan dalam negeri tanpa akreditasi resmi, dan juga dituduh berhubungan dengan kelompok bersenjata yang beroperasi di wilayah Tigray, yang sedang dilanda konflik.

Menurut kantor berita Reuters, polisi Ethiopia mengatakan mereka menemukan bukti bahwa Galindo berkomunikasi dengan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Ethiopia. Polisi juga mengatakan mereka menyita laptop, kamera, dan telepon Galindo, serta dokumen yang diduga berisi informasi rahasia.

Galindo membantah semua tuduhan tersebut, dan mengatakan dia hanya melakukan pekerjaannya sebagai jurnalis. Dia mengatakan dia tidak pernah berhubungan dengan TPLF, dan bahwa dokumen yang disita adalah materi jurnalistik yang sah. Dia juga mengatakan dia memiliki visa jurnalistik yang valid, dan bahwa dia telah mengajukan permohonan akreditasi untuk meliput KTT Uni Afrika, tetapi tidak mendapat respons dari otoritas Ethiopia.

Galindo dibebaskan pada Senin setelah intervensi dari Kedutaan Besar Prancis di Addis Ababa, dan langsung diterbangkan kembali ke Prancis. Dia tiba di Paris pada Senin malam, dan disambut oleh keluarga, teman, dan rekan kerjanya.

Galindo mengatakan dia tidak pernah diperlakukan dengan buruk oleh polisi Ethiopia, dan bahwa dia diberi makanan, air, dan tempat tidur yang layak selama ditahan. Namun, dia mengecam penangkapannya sebagai pelanggaran terhadap kebebasan pers, dan mengatakan dia khawatir tentang nasib jurnalis lain yang berada di Ethiopia.

“Penangkapan saya adalah serangan terhadap kebebasan pers, dan saya berharap ini tidak akan terjadi lagi kepada jurnalis lain yang ingin melaporkan apa yang terjadi di Ethiopia,” kata Galindo kepada France 24.

Galindo juga mengatakan dia berharap bisa kembali ke Ethiopia suatu hari nanti, dan melanjutkan pekerjaannya sebagai jurnalis.

“Saya tidak menyesal pergi ke Ethiopia, dan saya tidak takut kembali. Saya hanya ingin melakukan pekerjaan saya dengan profesional dan independen, dan saya berharap otoritas Ethiopia akan menghormati itu,” kata Galindo.

Penangkapan Galindo telah menimbulkan kecaman dari berbagai pihak, termasuk organisasi hak asasi manusia, asosiasi jurnalis, dan pemerintah Prancis. Mereka menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat Galindo, dan mengutuk tindakan otoritas Ethiopia sebagai upaya untuk membungkam media.

Ethiopia telah menghadapi kritik internasional atas penanganannya terhadap konflik di Tigray, yang telah berlangsung sejak November 2020. Pemerintah Ethiopia, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abiy Ahmed, mengklaim telah mengalahkan TPLF, tetapi pertempuran masih terus berlangsung di beberapa daerah. Konflik tersebut telah menyebabkan ribuan orang tewas, jutaan orang mengungsi, dan krisis kemanusiaan yang parah.

Pemerintah Ethiopia juga dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk pembunuhan, pemerkosaan, dan pembersihan etnis, terhadap penduduk sipil di Tigray. Beberapa laporan juga menunjukkan keterlibatan pasukan dari negara tetangga Eritrea dan Somalia dalam konflik tersebut.

Pemerintah Ethiopia membantah semua tuduhan tersebut, dan menuduh TPLF sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kekerasan dan krisis di Tigray. Pemerintah Ethiopia juga menolak akses bagi pekerja kemanusiaan, pengamat hak asasi manusia, dan jurnalis asing ke wilayah tersebut, dengan alasan alasan keamanan.

Galindo adalah salah satu dari sedikit jurnalis asing yang berhasil masuk ke Tigray, dan melaporkan tentang situasi di sana. Dia juga meliput tentang isu-isu lain yang terkait dengan Ethiopia, seperti pemilihan umum, konflik etnis, dan pembangunan bendungan Nil Biru. Ia telah bekerja sebagai jurnalis untuk France 24 sejak 2018, dan telah meliput berbagai peristiwa penting di Afrika, seperti krisis politik di Sudan, Mali, dan Guinea, serta pandemi Covid-19.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Scroll to Top