Perekonomian Amerika Serikat (AS) mengalami perlambatan pertumbuhan di kuartal keempat tahun 2023, tetapi masih menunjukkan ketahanan di tengah tantangan inflasi, pengetatan kebijakan moneter, dan penyebaran varian Omikron. Menurut data terbaru dari Bureau of Economic Analysis (BEA), produk domestik bruto (PDB) riil AS naik sebesar 3,2% secara tahunan di kuartal keempat, turun dari estimasi awal sebesar 3,3%. Namun, angka ini masih lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 2,6% sejak tahun 2010.
Konsumsi Konsumen Mendorong Pertumbuhan
Salah satu faktor utama yang mendukung pertumbuhan ekonomi AS di kuartal keempat adalah konsumsi konsumen, yang melonjak sebesar 4% secara tahunan, mencerminkan kekuatan pasar tenaga kerja dan penurunan tabungan berlebih yang terakumulasi selama pandemi. Konsumsi konsumen menyumbang sekitar 70% dari PDB AS, sehingga kenaikan ini memiliki dampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi.
Konsumsi konsumen juga menunjukkan momentum yang kuat menjelang akhir kuartal, dengan kenaikan sebesar 1,1% secara bulanan pada bulan Desember, angka tertinggi kedua dalam delapan bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak menahan belanja mereka meskipun menghadapi ancaman pembayaran kembali pinjaman mahasiswa yang ditunda sejak Oktober.
Investasi dan Ekspor Juga Berkontribusi Positif
Selain konsumsi konsumen, pertumbuhan ekonomi AS di kuartal keempat juga didorong oleh investasi dan ekspor, yang masing-masing naik sebesar 6,5% dan 9,2% secara tahunan. Investasi terutama didorong oleh peningkatan pembelian peralatan dan perangkat lunak, yang mencerminkan upaya perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di tengah kelangkaan tenaga kerja dan bahan baku.
Ekspor AS juga meningkat secara signifikan di kuartal keempat, sejalan dengan pemulihan permintaan global dan pelemahan nilai tukar dolar AS. Ekspor barang terutama meningkat di sektor pertanian, industri, dan otomotif, sementara ekspor jasa terutama meningkat di sektor perjalanan dan transportasi.
Inflasi Masih Menjadi Tantangan Utama
Meskipun pertumbuhan ekonomi AS di kuartal keempat lebih baik dari yang diperkirakan, inflasi masih menjadi tantangan utama yang dihadapi oleh perekonomian. Indeks harga konsumen (CPI) naik sebesar 7% secara tahunan pada bulan Desember, angka tertinggi sejak tahun 1982. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang menjadi acuan utama bagi Federal Reserve, naik sebesar 4,9% secara tahunan pada kuartal keempat, jauh di atas target 2%.
Inflasi yang tinggi ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti lonjakan permintaan pasca-pandemi, gangguan rantai pasokan global, kenaikan harga energi, dan kebijakan fiskal dan moneter yang longgar. Inflasi juga telah menggerus daya beli konsumen dan menekan margin keuntungan perusahaan, yang berpotensi mengancam prospek pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Federal Reserve Bersiap untuk Mengetatkan Kebijakan Moneter
Menghadapi tekanan inflasi yang meningkat, Federal Reserve telah bersiap untuk mengetatkan kebijakan moneter di tahun 2024. Pada pertemuan terakhirnya pada bulan Desember, Fed mengumumkan bahwa mereka akan mempercepat pengurangan pembelian aset bulanan mereka dari $120 miliar menjadi $60 miliar per bulan, sehingga program tersebut diharapkan berakhir pada bulan Maret.
Selain itu, Fed juga menaikkan proyeksi kenaikan suku bunga acuan mereka dari tiga kali menjadi empat kali di tahun 2024, dengan perkiraan median suku bunga berada di 1,5% pada akhir tahun. Fed juga menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut di tahun 2025 dan 2026, dengan perkiraan median suku bunga mencapai 2,5% dan 2,75%, masing-masing.
Fed menegaskan bahwa keputusan mereka akan bergantung pada perkembangan data ekonomi, terutama inflasi dan pasar tenaga kerja. Fed juga mengakui bahwa ada risiko downside dari penyebaran varian Omikron, yang dapat memperlambat pemulihan ekonomi dan menimbulkan ketidakpastian lebih lanjut.