Energi fusi nuklir adalah proses yang terjadi di matahari dan bintang-bintang lainnya, yang melibatkan penyatuan dua inti atom untuk membentuk satu inti yang lebih besar. Proses ini melepaskan sejumlah besar energi tanpa menghasilkan gas rumah kaca atau limbah radioaktif yang berbahaya. Jika energi fusi nuklir dapat berhasil ditiru di bumi, maka ini akan membuka potensi pasokan energi yang hampir tak terbatas dan bersih.
Namun, menciptakan energi fusi nuklir di bumi bukanlah hal yang mudah. Diperlukan tekanan dan suhu yang sangat tinggi untuk menyatukan inti atom, yang jauh lebih tinggi daripada yang ada di matahari. Tidak ada bahan yang dapat menahan kontak langsung dengan panas seperti itu. Oleh karena itu, para ilmuwan telah merancang solusi di mana gas yang dipanaskan hingga sangat tinggi, atau plasma, ditahan di dalam medan magnet berbentuk donat.
Salah satu laboratorium yang melakukan penelitian tentang energi fusi nuklir adalah JET (Joint European Torus) yang berlokasi di Oxfordshire, Inggris. Laboratorium ini didukung oleh konsorsium negara-negara Eropa, termasuk Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia. Laboratorium ini telah beroperasi sejak tahun 1983 dan telah mencetak beberapa rekor dunia dalam bidang energi fusi nuklir.
Pada bulan Oktober 2023, JET melakukan eksperimen fusi nuklir terakhirnya sebelum ditutup untuk digantikan oleh fasilitas yang lebih besar dan canggih di Prancis, yang bernama ITER (International Thermonuclear Experimental Reactor). Eksperimen terakhir ini berhasil mencetak rekor baru untuk jumlah energi yang dihasilkan dengan menyatukan dua bentuk hidrogen, yaitu deuterium dan tritium.
Eksperimen ini menghasilkan 69 megajoule energi selama lima detik, atau cukup untuk memanaskan lima bak mandi air panas. Ini lebih dari tiga kali lipat dari yang dicapai pada eksperimen serupa pada tahun 1997.
Rekor ini menunjukkan bahwa desain yang dipilih untuk ITER adalah yang tepat, karena menggunakan bahan dan teknologi yang sama dengan JET. ITER diharapkan menjadi langkah terakhir dalam membuktikan bahwa energi fusi nuklir dapat menjadi penyedia energi yang andal pada abad ini.
ITER akan mulai beroperasi pada tahun 2025 dan ditargetkan untuk menghasilkan 500 megawatt daya dengan memasukkan 50 megawatt daya, atau rasio 10 banding 1. Ini akan menjadi pertama kalinya energi fusi nuklir menghasilkan lebih banyak energi daripada yang dikonsumsi.
Selain JET dan ITER, ada juga proyek-proyek lain yang berusaha mengembangkan energi fusi nuklir dengan cara yang berbeda. Salah satunya adalah laboratorium Lawrence Livermore National di California, Amerika Serikat, yang menggunakan sinar laser untuk memicu reaksi fusi nuklir.
Pada bulan Desember 2022, laboratorium ini berhasil mencapai “keuntungan energi bersih” dalam fusi nuklir, yaitu ketika jumlah energi dari reaksi fusi melebihi energi yang dikonsentrasikan pada target. Ini adalah terobosan besar yang menunjukkan bahwa fusi nuklir dapat dicapai dengan cara yang lebih efisien dan murah.
Energi fusi nuklir dianggap sebagai “cawan suci” produksi energi karena memiliki banyak keuntungan dibandingkan sumber energi lainnya. Energi fusi nuklir tidak menghasilkan emisi karbon, yang merupakan penyebab utama perubahan iklim. Energi fusi nuklir juga tidak menghasilkan limbah radioaktif jangka panjang, yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia.
Energi fusi nuklir juga tidak bergantung pada bahan bakar fosil, yang terbatas dan mahal. Energi fusi nuklir hanya membutuhkan hidrogen, yang merupakan unsur paling melimpah di alam semesta.
Namun, energi fusi nuklir juga memiliki tantangan dan hambatan yang harus diatasi. Salah satunya adalah biaya yang tinggi untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas fusi nuklir, yang membutuhkan teknologi dan bahan yang canggih dan langka. Energi fusi nuklir juga membutuhkan kerjasama dan koordinasi antara negara-negara dan lembaga-lembaga yang terlibat, yang dapat menimbulkan masalah politik dan regulasi.
Energi fusi nuklir juga belum terbukti secara komersial dan masih membutuhkan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk mencapai skala yang layak.
Meskipun demikian, banyak ilmuwan dan pemimpin dunia yang optimis bahwa energi fusi nuklir dapat menjadi solusi untuk krisis energi dan lingkungan yang dihadapi umat manusia saat ini. Dengan terus berinvestasi dan berinovasi dalam bidang ini, kita dapat berharap untuk melihat bintang-bintang bersinar di bumi dalam waktu dekat.