Harbin, ibu kota provinsi Heilongjiang di China, telah menjadi tujuan wisata populer di musim dingin, berkat festival es dan salju yang spektakuler, keindahan alam yang memesona, dan budaya yang kaya. Namun, di balik gemerlapnya pariwisata, ada juga tantangan dan risiko yang dihadapi oleh kota ini, seperti persaingan dengan destinasi lain, dampak pandemi, dan masalah lingkungan.
Festival Es dan Salju Harbin, Atraksi Utama bagi Wisatawan
Salah satu daya tarik utama Harbin adalah Festival Es dan Salju Harbin, yang diadakan setiap tahun sejak 1985. Festival ini merupakan salah satu festival es dan salju terbesar dan terindah di dunia, yang menampilkan berbagai karya seni dari es dan salju, seperti istana, patung, jembatan, dan lampu. Festival ini menarik jutaan wisatawan, baik domestik maupun internasional, yang ingin menyaksikan keajaiban musim dingin di Harbin.
Menurut data resmi, Harbin menerima 59,14 miliar yuan (sekitar Rp 1,3 triliun) dari pariwisata selama liburan Tahun Baru 2024, naik 23,6 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah wisatawan yang mengunjungi Harbin mencapai 12,88 juta orang, naik 28,5 persen dari tahun sebelumnya. Festival Es dan Salju Harbin berkontribusi besar terhadap pendapatan dan kunjungan tersebut, dengan tiket masuk mencapai 200 yuan (sekitar Rp 440 ribu) per orang.
Selain festival es dan salju, Harbin juga menawarkan berbagai atraksi lain bagi wisatawan, seperti taman binatang, museum, kuil, gereja, dan jalan pejalan kaki. Harbin juga dikenal sebagai “Little Moscow” karena pengaruh arsitektur dan budaya Rusia, yang berasal dari sejarahnya sebagai kota perbatasan dan jalur kereta api Trans-Siberia. Banyak wisatawan yang tertarik dengan keunikan dan keragaman Harbin, yang mencerminkan integrasi antara Timur dan Barat.
Harbin Menghadapi Persaingan dengan Destinasi Lain
Meskipun Harbin telah menjadi destinasi populer di musim dingin, kota ini juga menghadapi persaingan dengan destinasi lain, baik di dalam maupun luar negeri, yang menawarkan pengalaman es dan salju yang berbeda atau lebih murah.
Beberapa contoh destinasi tersebut adalah Zhangjiajie di provinsi Hunan, yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan dan terkenal karena film Avatar; Sapporo di Jepang, yang memiliki festival salju yang terkenal dan makanan laut yang lezat; dan Swiss, yang memiliki pegunungan Alpen yang indah dan resor ski yang mewah.
Untuk menghadapi persaingan ini, Harbin perlu meningkatkan kualitas layanan dan produk pariwisatanya, serta mempromosikan citra dan mereknya secara lebih efektif. Harbin juga perlu memanfaatkan keunggulan komparatifnya, seperti lokasinya yang strategis di dekat perbatasan Rusia, Korea Utara, dan Mongolia, serta budayanya yang kaya dan beragam. Harbin dapat menjalin kerjasama dengan negara-negara tetangga untuk mengembangkan pariwisata lintas batas dan meningkatkan pertukaran budaya.
Harbin Beradaptasi dengan Dampak Pandemi
Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap industri pariwisata di seluruh dunia, termasuk Harbin. Meskipun China telah berhasil mengendalikan penyebaran virus, Harbin tetap menerapkan berbagai langkah pencegahan dan pengawasan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan wisatawan dan penduduknya. Beberapa langkah tersebut antara lain adalah pembatasan jumlah pengunjung, pemeriksaan suhu tubuh, penggunaan masker, dan pelacakan kontak.
Selain itu, Harbin juga berupaya untuk beradaptasi dengan perubahan perilaku dan preferensi wisatawan di era pandemi, seperti meningkatkan digitalisasi, diversifikasi, dan personalisasi layanan pariwisata. Harbin telah memanfaatkan platform media sosial, seperti Weibo, Douyin, dan Kuaishou, untuk menjangkau dan menarik wisatawan, terutama generasi muda, dengan konten yang kreatif, interaktif, dan informatif.
Harbin juga telah mengembangkan berbagai produk dan paket pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan dan minat wisatawan, seperti wisata keluarga, wisata petualangan, dan wisata budaya.
Harbin Peduli terhadap Lingkungan
Pariwisata yang berkembang pesat di Harbin juga membawa dampak terhadap lingkungan, seperti konsumsi energi, emisi gas rumah kaca, dan limbah. Harbin menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan pariwisata dan perlindungan lingkungan, serta berkomitmen untuk menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan dan hijau.
Harbin telah mengambil beberapa langkah untuk mengurangi dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan, seperti menggunakan energi terbarukan, mengurangi penggunaan plastik, dan meningkatkan kesadaran lingkungan.
Salah satu contoh yang menunjukkan upaya Harbin dalam melindungi lingkungan adalah penggunaan energi surya untuk menerangi Festival Es dan Salju Harbin. Menurut laporan, Harbin telah memasang lebih dari 100 ribu lampu LED yang bertenaga surya di festival tersebut, yang dapat menghemat sekitar 80 persen energi dibandingkan dengan lampu konvensional.
Selain itu, Harbin juga telah mengadopsi sistem manajemen limbah yang canggih, yang dapat mengolah limbah es dan salju menjadi air bersih yang dapat digunakan kembali.
Harbin, kota es yang menarik wisatawan dari seluruh dunia, adalah contoh bagaimana pariwisata dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi dan sosial, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Harbin masih memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan pariwisata yang lebih berdaya saing, beradaptasi, dan berkelanjutan, dengan memanfaatkan sumber daya dan keunggulan yang dimilikinya, serta mengatasi tantangan dan risiko yang dihadapinya.