Tanah Longsor Papua Nugini Menimbun Lebih dari 2.000 Orang, Pemerintah Meminta Bantuan

Tanah Longsor Papua Nugini Menimbun Lebih dari 2.000 Orang, Pemerintah Meminta Bantuan

Papua Nugini – Sebuah tanah longsor dahsyat yang terjadi pada hari Jumat, 24 Mei 2024 di provinsi Enga, Papua Nugini, telah mengubur hidup-hidup lebih dari 2.000 orang, menurut laporan resmi pemerintah setempat. Angka ini jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memperkirakan sekitar 670 orang.

Longsor tersebut menghancurkan sebuah desa yang pernah ramai di Enga, ketika bagian dari Gunung Mungalo runtuh pada dini hari, menimbun rumah-rumah dan penduduk yang sedang tidur di dalamnya. Hingga saat ini, hanya enam jasad yang berhasil ditemukan.

Dalam surat yang ditujukan kepada koordinator PBB tertanggal Minggu dan dilihat oleh banyak kantor berita, direktur sementara Pusat Bencana Nasional negara di Pasifik Selatan itu mengatakan bahwa tanah longsor tersebut menyebabkan “kerusakan besar” pada bangunan, kebun makanan, dan berdampak signifikan pada ekonomi negara tersebut.

“Longsor ini menyebabkan kerusakan besar pada bangunan, kebun makanan, dan berdampak besar pada perekonomian negara,” tulis surat tersebut, sebagaimana dilaporkan oleh Agence France-Presse (AFP). Surat tersebut juga menyebutkan bahwa jalan raya utama menuju Tambang Emas Porgera “benar-benar terblokir.”

Estimasi jumlah korban terus berubah sejak bencana terjadi, dan belum jelas bagaimana pihak berwenang mendapatkan angka terbaru tersebut. Australia sedang bersiap untuk mengirim pesawat dan peralatan lain untuk membantu di lokasi tanah longsor karena hujan lebat di daerah pegunungan negara tersebut menambah kekhawatiran bahwa tumpukan puing yang menimbun desa dapat menjadi lebih tidak stabil.

Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, mengatakan bahwa para pejabatnya telah berkomunikasi dengan rekan-rekan mereka di Papua Nugini sejak Jumat, ketika tanah longsor terjadi. “Bentuk bantuan yang tepat yang akan kami berikan akan diketahui dalam beberapa hari mendatang,” kata Marles kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC).

“Jelas kami memiliki kapasitas angkut udara untuk mengirim orang ke sana. Mungkin ada peralatan lain yang bisa kami bawa untuk membantu dalam pencarian dan penyelamatan, serta hal-hal lainnya,” tambah Marles.

Papua Nugini adalah tetangga terdekat Australia, dan kedua negara sedang mengembangkan hubungan pertahanan yang lebih dekat sebagai bagian dari upaya Australia untuk menandingi pengaruh China yang semakin besar di kawasan tersebut. Australia juga merupakan penyedia bantuan luar negeri terbesar bagi bekas koloninya, yang merdeka pada tahun 1975.

Hujan deras turun selama dua jam pada malam hari di ibu kota provinsi, Wabag, sekitar 35 mil (56 km) dari desa yang hancur. Laporan cuaca belum tersedia dari Yambali, di mana komunikasi sangat terbatas. Namun, para responden darurat khawatir tentang dampak hujan pada massa puing yang sudah tidak stabil yang menutupi area sebesar tiga hingga empat lapangan sepak bola, dengan kedalaman mencapai 20 kaki (6 m) hingga 26 kaki (8 m).

Sebuah ekskavator yang disumbangkan oleh seorang pengembang lokal pada hari Minggu menjadi alat berat pertama yang dibawa untuk membantu warga desa yang telah menggali dengan sekop dan alat pertanian untuk menemukan jasad. Bekerja di sekitar puing-puing yang masih bergerak sangat berbahaya.

Serhan Aktoprak, kepala misi Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) PBB di Papua Nugini, mengatakan air menyusup di antara puing-puing dan tanah di bawahnya, meningkatkan risiko longsor lanjutan. Dia mengatakan bahwa dia tidak mengharapkan informasi cuaca di Yambali sampai sore hari.

“Apa yang benar-benar sangat mengkhawatirkan saya secara pribadi adalah cuaca, cuaca, cuaca,” kata Aktoprak. “Karena tanah masih bergerak. Batu-batu masih jatuh,” katanya.

Menteri Pertahanan Papua Nugini, Billy Joseph, dan direktur Pusat Bencana Nasional pemerintah, Laso Mana, terbang pada hari Minggu dengan helikopter militer Australia dari ibu kota Port Moresby ke Yambali, yang berjarak sekitar 370 mil ke barat laut, untuk mendapatkan gambaran langsung tentang apa yang dibutuhkan.

Kantor Mana memposting foto dirinya di Yambali menyerahkan cek senilai 500.000 kina ($130.000) kepada seorang pejabat setempat untuk membeli persediaan darurat bagi 4.000 penyintas yang terlantar.

Peralatan pengerukan yang digunakan oleh militer Papua Nugini sedang diangkut ke lokasi bencana yang berjarak 250 mil dari kota pantai timur Lae. Penduduk desa yang trauma terbagi atas apakah alat berat harus digunakan untuk menggali dan mungkin merusak jasad kerabat mereka yang tertimbun, kata para pejabat.

Sebanyak 2.000 orang diperkirakan telah terkubur oleh longsor besar yang terjadi, menurut Pusat Bencana Nasional negara tersebut, sementara para penyintas mengenang kengerian kehilangan begitu banyak orang yang mereka cintai.

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Scroll to Top