Jerman menghadapi kekurangan tenaga kerja struktural. Pandemi COVID-19 semakin memperparah keadaan, dengan banyak pekerja yang meninggalkan pasar tenaga kerja. Menurut Institut Riset Ekonomi Jerman (DIW), Jerman kekurangan sekitar 400.000 pekerja terampil pada tahun 2023.
Di tengah krisis ini, gelombang pengungsi Ukraina yang tiba di Jerman sejak pecahnya perang pada akhir Februari 2022 menjadi sorotan. Mungkinkah para pengungsi ini menjadi jawaban atas kekurangan tenaga kerja di Jerman?
Eksodus Ukraina dan Dampaknya pada Pasar Tenaga Kerja Jerman
Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 memicu eksodus besar-besaran penduduk Ukraina. Menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), hingga 9 April 2024, tercatat lebih dari 4,8 juta warga Ukraina yang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, termasuk Polandia, Rumania, dan Moldova. Jerman sendiri telah menerima lebih dari 300.000 pengungsi Ukraina.
Masifnya kedatangan pengungsi Ukraina menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap pasar tenaga kerja Jerman. Jerman dikenal dengan kebijakan imigrasi yang ketat. Namun, menanggapi krisis kemanusiaan di Ukraina, pemerintah Jerman menerapkan prosedur yang dipercepat untuk pendaftaran dan pemberian izin tinggal kepada pengungsi Ukraina.
Stephanie Reese, Juru Bicara Kementerian Tenaga Kerja Jerman, menyatakan, “Jerman melihat potensi para pengungsi Ukraina untuk mengisi kekurangan tenaga kerja di berbagai sektor.” Jerman memiliki banyak perusahaan yang sedang mencari pekerja terampil di bidang perawatan kesehatan, manufaktur, dan teknologi.
Antara bulan Maret dan Desember 2023, sekitar 44.000 pengungsi Ukraina terdaftar untuk bekerja di Jerman.
Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut. Sekretaris Negara di Kementerian Ketenagakerjaan dan Urusan Sosial Jerman, mengatakan, “Kami berasumsi bahwa hingga 200.000 pengungsi dari Ukraina akan terintegrasi ke dalam pasar tenaga kerja Jerman pada akhir tahun 2024.”
Kualifikasi Pengungsi Ukraina dan Kesesuaian dengan Kebutuhan Pasar
Para pengungsi Ukraina memiliki karakteristik yang berpotensi menjadi solusi bagi krisis tenaga kerja Jerman. Menurut Badan Federal untuk Migrasi dan Pengungsi (BAMF), sekitar 60% pengungsi Ukraina memiliki kualifikasi pendidikan menengah ke atas. Banyak di antara mereka yang memiliki pengalaman kerja profesional di Ukraina.
Survei yang dilakukan oleh Institut Riset Ketenagakerjaan Federal (IAB) menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari pengungsi Ukraina yang disurvei memiliki kualifikasi yang relevan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja Jerman.
Hambatan utama bagi integrasi pengungsi Ukraina ke pasar tenaga kerja Jerman adalah kendala bahasa. Jerman mensyaratkan kemampuan bahasa Jerman minimal untuk banyak posisi pekerjaan. Pemerintah Jerman telah berupaya mengatasi tantangan ini dengan menawarkan kursus bahasa Jerman gratis kepada para pengungsi.
Selain kendala bahasa, pengakuan kualifikasi profesional yang diperoleh di Ukraina juga menjadi persoalan. Proses birokrasi untuk mendapatkan pengakuan kualifikasi bisa memakan waktu yang lama. Pemerintah Jerman sedang mengambil langkah-langkah untuk mempercepat proses ini, namun masih membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya.
Upaya Pemerintah Jerman
Pemerintah Jerman telah mengambil beberapa langkah untuk memfasilitasi integrasi pengungsi Ukraina ke pasar tenaga kerja. Beberapa kebijakan yang diterapkan antara lain:
- Prosedur pendaftaran dan pemberian izin tinggal yang dipercepat: Kebijakan ini memungkinkan pengungsi Ukraina untuk mulai bekerja secara legal lebih cepat.
- Kursus bahasa Jerman gratis: Kursus ini bertujuan untuk membekali para pengungsi dengan kemampuan bahasa Jerman yang dibutuhkan untuk melamar pekerjaan.
- Program pencocokan kerja: Program ini membantu para pengungsi untuk terhubung dengan perusahaan yang sedang mencari pekerja.
- Skema pengakuan kualifikasi yang dipercepat: Skema ini bertujuan untuk mempercepat proses pengakuan kualifikasi profesional yang diperoleh di Ukraina.
Tanggapan dari Sektor Swasta dan Pemerintah
Sektor swasta di Jerman menyambut baik kedatangan pengungsi Ukraina. Banyak perusahaan yang melihat para pengungsi ini sebagai sumber tenaga kerja potensial. Sebuah survei yang dilakukan oleh Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK) menunjukkan bahwa sekitar 70% perusahaan di Jerman bersedia mempekerjakan pengungsi Ukraina.
Staatssekretaris Senat Hamburg untuk Integrasi, Jan Pidkull, menyatakan optimisme terhadap upaya integrasi pengungsi Ukraina ke pasar tenaga kerja. Pidkull mengatakan, “Proyek integrasi yang kami jalankan sejauh ini berjalan dengan efektif. Banyak pengungsi yang telah berhasil dipekerjakan di berbagai sektor.” Pidkull menekankan pentingnya kursus bahasa Jerman dan program pencocokan kerja dalam memfasilitasi integrasi pengungsi.