Harga Anjlok 40%, Kebun Dicabut: Krisis Anggur Australia Beri Dampak ke Indonesia?

Harga Anjlok 40%, Kebun Dicabut: Krisis Anggur Australia Beri Dampak ke Indonesia?

Industri anggur Indonesia tengah mengamati perkembangan di Australia dengan cemas. Para pelaku di sana tengah menghadapi “badai sempurna” berupa harga anggur yang anjlok dan ketegangan dagang yang sedang berlangsung dengan China, pasar ekspor utama mereka.

Meskipun Indonesia sendiri bukan produsen anggur utama, negara ini mengimpor anggur Australia dalam jumlah yang signifikan, dan situasi di Negeri Kanguru tersebut dapat menimbulkan efek domino di seluruh kawasan.

Kebun Anggur Australia Dicabut Saat Harga Anggur Turun Rekor Terendah

Laporan terbaru oleh Australian Broadcasting Corporation (ABC) menggambarkan situasi suram bagi pembuat anggur Australia, terutama di wilayah Riverina, New South Wales. Karena kelebihan anggur dan kurangnya permintaan, harga anggur telah turun ke rekor terendah, memaksa beberapa kebun anggur mengambil keputusan drastis untuk mencabut tanaman mereka sama sekali.

“Ini tidak lagi menguntungkan secara finansial,” kata John Smith, petani anggur generasi ketiga di Riverina, kepada ABC. “Harga yang kami dapatkan untuk anggur kami hampir tidak menutupi biaya produksi. Kami harus mengambil keputusan berat untuk mencabut sebagian tanaman anggur kami dan mendiversifikasi tanaman kami.”

Situasi ini tidak unik untuk Riverina. Petani anggur di seluruh Australia menghadapi tantangan serupa, dengan harga rata-rata per ton anggur turun lebih dari 40% dalam lima tahun terakhir. Penurunan ini dikaitkan dengan beberapa faktor, termasuk peningkatan produksi anggur, perubahan preferensi konsumen ke arah anggur yang lebih murah, dan perselisihan perdagangan yang sedang berlangsung dengan China.

Produsen Anggur Khawatirkan Dampak Jangka Panjang dari Tarif China

Situasi yang sudah genting bagi pembuat anggur Australia semakin diperparah oleh pemberlakuan tarif tinggi China atas impor anggur Australia pada tahun 2020. Tarif ini, yang bisa mencapai 212%, secara signifikan menghambat ekspor anggur Australia ke China, pasar ekspor terbesar negara tersebut.

“Diperlukan waktu satu dekade untuk pulih dari kerusakan yang disebabkan oleh tarif ini,” demikian peringatan Peter Jones, presiden Asosiasi Anggur dan Wineries Australia, dalam wawancara dengan SBS. “Banyak kilang anggur sudah berjuang untuk bertahan, dan tarif ini bisa mendorong mereka ke jurang kebangkrutan.”

Dampak dari tarif China dirasakan di seluruh industri anggur Australia, mulai dari petani anggur hingga kilang anggur hingga distributor. Kilang anggur terpaksa memangkas harga atau mencari pasar ekspor alternatif, sementara distributor bergulat dengan penurunan penjualan yang signifikan.

Australia Selatan Menyalurkan Paket Dukungan untuk Meningkatkan Ekspor

Dalam upaya untuk mengurangi dampak tarif China, pemerintah Australia Selatan telah mengumumkan paket dukungan untuk produsen anggur di negara bagian tersebut. Paket tersebut mencakup pendanaan untuk kampanye pemasaran, misi perdagangan, dan inisiatif penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk meningkatkan ekspor ke pasar lain.

“Industri anggur Australia Selatan adalah bagian vital dari ekonomi negara bagian kami,” kata Sarah Mitchell, Menteri Perdagangan dan Investasi Australia Selatan, dalam siaran pers. “Kami berkomitmen untuk mendukung produsen anggur kami melalui masa sulit ini dan membantu mereka menemukan pasar baru untuk produk mereka.”

Paket dukungan pemerintah Australia Selatan disambut baik oleh industri anggur, tetapi beberapa ahli memperingatkan bahwa itu mungkin tidak cukup untuk mengimbangi kerugian yang terjadi akibat tarif China.

Peluang Baru untuk Importir Anggur Indonesia?

Meskipun situasi di Australia menantang, ini bisa menghadirkan beberapa peluang bagi importir anggur Indonesia. Dengan harga anggur Australia di rekor terendah, importir Indonesia mungkin dapat mengamankan kesepakatan yang menguntungkan untuk impor anggur curah. Selain itu, gangguan ekspor anggur Australia ke China dapat menciptakan celah bagi importir Indonesia untuk mengisi kekosongan di pasar China.

Namun, ada juga potensi risiko yang perlu dipertimbangkan. Kelebihan pasokan anggur di Australia dapat menyebabkan penurunan standar kualitas, dan importir Indonesia perlu teliti dalam memastikan kualitas impor mereka. Selain itu, pemerintah China dapat memberlakukan tarif serupa pada impor anggur dari negara lain, termasuk Indonesia.

Industri anggur Indonesia saat ini sedang dalam keadaan fluktuasi karena mengamati krisis yang sedang berlangsung di Australia. Meskipun mungkin ada beberapa peluang potensial untuk memanfaatkan harga anggur Australia yang lebih rendah, ada juga risiko signifikan yang perlu dipertimbangkan. Beberapa bulan mendatang kemungkinan akan menjadi masa ketidakpastian bagi industri anggur Indonesia, karena harus menghadapi potensi dampak dari situasi di Australia.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Scroll to Top