Warga Johannesburg dibuat kelabakan pada Jumat (29/3) ketika keran mereka mengering. Ini menambah derita di tengah krisis air yang sedang berlangsung di Afrika Selatan. Sementara itu, pemerintah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan membentuk tim satgas baru dan menjajaki solusi lintas batas.
Keran Kering di Johannesburg Perparah Krisis Air
Ribuan warga Johannesburg menghadapi ketidaknyamanan pada hari Jumat Agung ketika pasokan air mereka terputus. Beberapa daerah yang terkena dampak termasuk wilayah selatan kota, yaitu Lenasia, Eldorado Park, dan Naturena. Johannesburg Water, perusahaan utilitas yang bertanggung jawab atas pengelolaan air di kota itu, menyalahkan pemadaman listrik nasional yang sedang berlangsung atas terganggunya infrastruktur air.
“Karena pemadaman listrik yang sedang berlangsung, beberapa stasiun pompa dan reservoir kami mengalami gangguan,” kata juru bicara Johannesburg Water, Puleng Lehloenya, dalam sebuah pernyataan. “Ini menyebabkan beberapa bagian selatan Johannesburg mengalami gangguan pasokan air.”
Lehloenya mengatakan bahwa Johannesburg Water sedang berupaya untuk mengembalikan pasokan air sesegera mungkin. Namun, dia tidak dapat memberikan kerangka waktu tertentu untuk pemulihan layanan.
Peristiwa ini menambah daftar panjang keluhan terkait air di Johannesburg. Pada bulan Februari, Rand Water, pemasok air grosir utama untuk wilayah tersebut, mengumumkan pembatasan air yang ketat karena rendahnya tingkat air di waduk yang memasok air ke Johannesburg.
Pemerintah Bentuk Satgas Baru, Janji Solusi Lintas Batas
Menanggapi krisis air yang sedang berlangsung, pemerintah Afrika Selatan telah dikritik karena lambatnya tindakan. Presiden Cyril Ramaphosa berada di bawah tekanan publik untuk mengatasi masalah tersebut.
Pada hari Jumat (29/3), kantor kepresidenan membela keputusan Ramaphosa untuk membentuk satgas baru yang berfokus pada krisis air. Juru bicara kepresidenan, Vincent Magwenya, mengatakan bahwa satgas tersebut akan “mempercepat implementasi rencana aksi jangka pendek, menengah, dan panjang untuk mengatasi tantangan air.”
“Pembentukan satgas ini menunjukkan komitmen presiden untuk memberikan kepemimpinan yang kuat dalam mengatasi tantangan air,” kata Magwenya.
Namun, para kritikus berpendapat bahwa pembentukan satgas baru hanyalah langkah pencitraan belaka. Mereka berpendapat bahwa pemerintah seharusnya berfokus pada pelaksanaan rencana yang sudah ada alih-alih membentuk badan baru.
“Kami sudah memiliki banyak rencana di atas kertas,” kata pemimpin oposisi, John Steenhuisen, kepada wartawan pada hari Jumat. “Yang kami butuhkan sekarang adalah tindakan nyata, bukan sekadar satgas baru.”
Selain membentuk satgas, pemerintah juga sedang menjajaki solusi lintas batas untuk mengatasi kelangkaan air. Menteri Air dan Sanitasi, Lindiwe Sisulu, mengatakan bahwa pemerintah sedang dalam pembicaraan dengan negara-negara tetangga Lesotho dan Eswatini untuk membeli air secara massal.
“Kami sedang menjajaki berbagai opsi untuk mengatasi krisis air,” kata Sisulu. “Salah satu opsi yang sedang kami pertimbangkan adalah pembelian air secara massal dari negara-negara tetangga.”
Namun, rencana tersebut menghadapi tantangan logistik yang signifikan. Memompa air dalam jumlah besar melintasi perbatasan akan membutuhkan infrastruktur yang mahal dan waktu yang lama untuk pembangunannya.
Strategi Pengelolaan Air Johannesburg: Terlambat atau Tepat Waktu?
Di Johannesburg, Wali Kota Mpho Phalatse menghadapi kritik tajam atas penanganan krisis air di kota tersebut. Baru pada Rabu (27/3), Phalatse merilis strategi pengelolaan air untuk Johannesburg.
Strategi tersebut menguraikan rencana jangka pendek, menengah, dan panjang untuk meningkatkan ketahanan air kota. Rencana tersebut mencakup perbaikan infrastruktur air yang sudah tua, pengurangan kebocoran air, dan investasi dalam sumber air alternatif.
Para ahli menyambut baik peluncuran strategi tersebut, tetapi mereka memperingatkan bahwa pelaksanaannya terlambat. “Strategi ini sudah seharusnya dirilis bertahun-tahun yang lalu,” kata Profesor Anthony Turpin, seorang ahli air dari Universitas Johannesburg. “Sekarang kita berada dalam krisis, dan pelaksanaan strategi ini akan membutuhkan waktu.”
Phalatse membela keterlambatan peluncuran strategi tersebut dengan mengatakan bahwa dia membutuhkan waktu untuk berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan. “Penting untuk melakukan konsultasi publik yang menyeluruh sebelum merilis strategi semacam ini,” kata Phalatse.
Krisis air di Afrika Selatan adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi jangka panjang. Pembentukan satgas baru oleh pemerintah dan peluncuran strategi pengelolaan air oleh pemerintah kota Johannesburg merupakan langkah awal yang positif.