Afrika Selatan: Bagaimana ANC Mengabaikan Aturan Sendiri dalam Menetapkan Kandidat Pemilu 2024

Afrika Selatan: Bagaimana ANC Mengabaikan Aturan Sendiri dalam Menetapkan Kandidat Pemilu 2024

Partai Kongres Nasional Afrika (ANC), partai berkuasa di Afrika Selatan, menghadapi kritik keras dari publik, media, dan anggota sendiri karena menetapkan sejumlah kandidat yang bermasalah untuk pemilihan umum 2024. Beberapa kandidat tersebut telah terlibat dalam skandal korupsi, pelanggaran etika, dan tindakan kriminal, namun tetap mendapat dukungan dari pimpinan partai.

Menurut laporan media, ANC telah melanggar aturan sendiri yang mengharuskan kandidat yang dipilih untuk pemilu harus memiliki integritas, rekam jejak yang bersih, dan kinerja yang baik. Aturan ini dibuat sebagai bagian dari upaya ANC untuk mereformasi diri dan memulihkan kepercayaan publik setelah era kepemimpinan Jacob Zuma yang penuh dengan tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Namun, dalam daftar kandidat yang bocor ke publik minggu lalu, terdapat nama-nama yang kontroversial, seperti:

  • Malusi Gigaba, mantan menteri keuangan dan urusan dalam negeri, yang telah dituduh melakukan perjalanan mewah dengan biaya negara, berbohong di bawah sumpah, dan terlibat dalam skema korupsi bersama keluarga Gupta, kelompok pengusaha yang dekat dengan Zuma.
  • David Mahlobo, mantan menteri intelijen dan energi, yang juga diduga terlibat dalam skema korupsi Gupta, serta memiliki hubungan dengan sindikat perdagangan binatang liar.
  • Zizi Kodwa, mantan juru bicara ANC dan penasihat presiden, yang dituduh menerima suap senilai 5 juta rand (sekitar 4,7 miliar rupiah) dari perusahaan teknologi EOH, yang juga terkait dengan skandal korupsi.
  • Cedric Frolick, anggota parlemen senior ANC, yang dituduh menerima bayaran bulanan senilai 40 ribu rand (sekitar 377 juta rupiah) dari Bosasa, perusahaan layanan keamanan yang juga terlibat dalam skandal korupsi.
  • Zweli Mkhize, mantan menteri kesehatan, yang mengundurkan diri bulan lalu karena skandal tender senilai 150 juta rand (sekitar 141 miliar rupiah) untuk layanan komunikasi Covid-19, yang diberikan kepada perusahaan Digital Vibes, yang dimiliki oleh teman-temannya.
  • Gwede Mantashe, sekretaris jenderal ANC dan menteri sumber daya mineral dan energi, yang dituduh menggunakan uang negara untuk memperbaiki rumah pribadinya, serta berbohong tentang pembayaran suap kepada jurnalis.
  • Bathabile Dlamini, mantan menteri pembangunan sosial dan wanita, yang dianggap bertanggung jawab atas krisis pembayaran tunjangan sosial yang mengancam jutaan orang miskin, serta terlibat dalam kasus penyalahgunaan alkohol dan kekerasan.
  • Zandile Gumede, mantan walikota Durban dan ketua ANC di provinsi KwaZulu-Natal, yang dipecat dari jabatannya karena tuduhan korupsi senilai 430 juta rand (sekitar 405 miliar rupiah) terkait dengan tender sampah kota.

Daftar kandidat ANC ini telah menimbulkan kemarahan dan kekecewaan di kalangan publik, media, dan anggota partai sendiri, yang menganggapnya sebagai pengkhianatan terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip ANC. Beberapa aktivis, akademisi, dan tokoh masyarakat telah menyerukan agar kandidat-kandidat bermasalah ini ditarik dari daftar, atau setidaknya ditempatkan di posisi yang lebih rendah.

Namun, pimpinan ANC tampaknya tidak peduli dengan kritik dan protes tersebut. Mereka bahkan membela pilihan mereka dengan berbagai alasan, seperti:

  • Menghormati proses demokratis internal partai, di mana kandidat dipilih melalui pemungutan suara oleh cabang-cabang lokal ANC di seluruh negera.
  • Menjaga keseimbangan gender, ras, usia, dan geografis dalam daftar kandidat, sesuai dengan kebijakan afirmasi aksi partai.
  • Memberikan kesempatan kepada kandidat yang belum terbukti bersalah di pengadilan atau belum menjalani proses disiplin internal partai.
  • Menolak campur tangan dari pihak luar, termasuk media, masyarakat sipil, dan lembaga penegak hukum, yang dianggap mencoba mempengaruhi dan mengintimidasi partai.

Pimpinan ANC juga mengklaim bahwa mereka telah melakukan proses penyaringan yang ketat terhadap kandidat, sesuai dengan pedoman yang disebut “integritas dan rekam jejak”. Pedoman ini mengharuskan kandidat untuk mengisi formulir deklarasi yang mencantumkan keterlibatan mereka dalam perkara hukum, etika, atau disiplin, serta untuk menjalani wawancara dengan komite integritas partai.

Namun, proses ini dipertanyakan oleh banyak pihak, yang menilai bahwa pedoman tersebut tidak dijalankan secara konsisten, transparan, dan adil. Beberapa kandidat yang bermasalah tidak mengisi formulir deklarasi dengan benar, tidak diwawancarai oleh komite integritas, atau bahkan tidak mengetahui bahwa mereka telah dipilih sebagai kandidat . Beberapa kandidat lain yang tidak bermasalah malah dicoret dari daftar tanpa alasan yang jelas.

Selain itu, terdapat juga tuduhan bahwa daftar kandidat ANC telah dimanipulasi oleh sekelompok orang yang berkuasa di dalam partai, yang disebut sebagai “faksi RET” (radikal ekonomi transformasi). Faksi ini diketahui mendukung Zuma dan agenda populisnya, serta menentang Presiden Cyril Ramaphosa dan reformasinya. Faksi ini diduga telah mempengaruhi hasil pemungutan suara cabang, menyuap atau mengancam kandidat, dan membocorkan daftar kandidat ke publik untuk menggagalkan upaya perubahan.

ANC sendiri telah membantah adanya manipulasi atau kecurangan dalam penetapan kandidat, dan menuduh pihak-pihak yang menyebarkan tuduhan tersebut sebagai provokator yang ingin memecah belah partai. ANC juga telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki kebocoran daftar kandidat, dan berjanji akan mengambil tindakan tegas terhadap pelakunya.

Akibatnya, daftar kandidat ANC ini berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi partai itu sendiri, maupun bagi proses demokrasi dan pembangunan di Afrika Selatan. Beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah:

  • Menurunnya kepercayaan dan dukungan publik terhadap ANC, yang dapat mengancam posisi partai sebagai partai berkuasa, terutama menghadapi persaingan dari partai-partai oposisi, seperti Aliansi Demokratik (DA) dan Gerakan Ekonomi Kebebasan (EFF).
  • Meningkatnya ketidakpuasan dan ketegangan di dalam ANC, yang dapat memicu konflik dan perpecahan antara faksi-faksi yang berbeda, serta antara pusat dan daerah.
  • Menyulitkan upaya Ramaphosa untuk melanjutkan reformasi dan pemulihan ekonomi, yang telah terhambat oleh pandemi Covid-19, krisis energi, dan ketimpangan sosial.
  • Membuka peluang bagi kandidat-kandidat bermasalah untuk kembali menduduki posisi-posisi strategis dan berpengaruh di pemerintahan, parlemen, dan lembaga negara, yang dapat menimbulkan risiko korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan.
  • Mengurangi kualitas dan kinerja pemerintahan, parlemen, dan lembaga negara, yang dapat berdampak pada penyelenggaraan layanan publik, penegakan hukum, perlindungan hak asasi manusia, dan kerjasama internasional.

Oleh karena itu, penting bagi ANC untuk merevisi dan memperbaiki daftar kandidatnya, sesuai dengan aturan dan standar yang telah ditetapkan. ANC juga harus mempertimbangkan aspirasi dan harapan publik, yang menginginkan pemimpin-pemimpin yang jujur, kompeten, dan bertanggung jawab. ANC harus menyadari bahwa daftar kandidatnya bukan hanya menentukan nasib partai, tetapi juga nasib negara.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Scroll to Top