Puluhan aktivis iklim dari kelompok Extinction Rebellion (XR) melakukan aksi protes di Jembatan West Gate, salah satu jalan utama di Melbourne, pada hari Selasa pagi. Mereka memblokir tiga lajur lalu lintas dengan menggunakan truk, sepeda, dan spanduk yang bertuliskan “Iklim Darurat” dan “Tidak Ada Planet B”. Aksi ini bertujuan untuk menuntut pemerintah Australia untuk mengambil tindakan nyata dalam mengatasi krisis iklim.
Polisi menangkap 15 orang dan mengeluarkan 26 denda
Polisi Victoria mengatakan bahwa mereka menangkap 15 orang yang terlibat dalam aksi protes tersebut, termasuk pengemudi truk yang diduga menyewa kendaraan itu dengan identitas palsu. Mereka akan dijerat dengan berbagai tuduhan, seperti menghalangi lalu lintas, melanggar perintah polisi, dan melakukan tindakan yang membahayakan orang lain. Selain itu, polisi juga mengeluarkan 26 denda kepada para pengunjuk rasa karena melanggar peraturan kesehatan masyarakat yang berlaku di tengah pandemi COVID-19.
Polisi mengatakan bahwa mereka telah berusaha untuk berdialog dengan para pengunjuk rasa sebelum melakukan penangkapan, namun tidak mendapat respons yang kooperatif. Mereka juga mengkritik aksi protes tersebut sebagai “egois” dan “tidak bertanggung jawab”, karena telah mengganggu ribuan pengguna jalan yang berusaha menuju tempat kerja atau sekolah. Polisi memperkirakan bahwa aksi protes tersebut telah menyebabkan kemacetan sepanjang 10 kilometer di kedua arah jembatan, dan mempengaruhi waktu tempuh sekitar 40 menit.
Para pengunjuk rasa mengklaim sebagai pahlawan iklim
Sementara itu, para pengunjuk rasa mengklaim bahwa mereka adalah pahlawan iklim yang berani mengorbankan diri mereka demi menyelamatkan masa depan generasi mendatang. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak peduli dengan kenyamanan atau kemarahan orang-orang yang terjebak dalam kemacetan, karena mereka merasa memiliki kewajiban moral untuk mengangkat suara tentang bahaya perubahan iklim. Mereka juga menantang pemerintah Australia untuk menetapkan target nol emisi karbon pada tahun 2025, dan menghentikan semua proyek tambang batu bara, gas, dan minyak.
Salah satu juru bicara XR, Jane Morton, mengatakan bahwa aksi protes tersebut adalah bagian dari kampanye global yang disebut “Rebellion of One”, di mana setiap individu melakukan aksi pemblokiran jalan secara mandiri. Dia mengatakan bahwa kampanye ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan, dan untuk menginspirasi orang lain untuk bergabung dengan gerakan iklim. Dia juga mengatakan bahwa XR akan terus melakukan aksi protes serupa di seluruh Australia, sampai pemerintah mau mendengarkan tuntutan mereka.
Tanggapan publik bervariasi
Aksi protes XR di Jembatan West Gate telah menimbulkan berbagai tanggapan dari publik. Beberapa orang menyatakan dukungan dan simpati kepada para pengunjuk rasa, dan mengakui bahwa krisis iklim adalah masalah yang mendesak dan penting. Mereka mengatakan bahwa aksi protes tersebut adalah cara yang efektif untuk menarik perhatian media dan masyarakat, dan untuk menekan pemerintah untuk bertindak lebih cepat dan lebih tegas.
Namun, banyak juga orang yang menyatakan kemarahan dan kekecewaan kepada para pengunjuk rasa, dan menganggap bahwa aksi protes tersebut adalah bentuk vandalisme dan terorisme. Mereka mengatakan bahwa aksi protes tersebut telah menyebabkan ketidaknyamanan, kerugian, dan bahkan risiko bagi banyak orang yang tidak bersalah, terutama di tengah situasi pandemi yang sulit. Mereka juga mengatakan bahwa aksi protes tersebut tidak akan membawa perubahan apa pun, melainkan hanya akan menimbulkan kebencian dan permusuhan.
Latar belakang krisis iklim di Australia
Aksi protes XR di Jembatan West Gate merupakan salah satu dari banyak aksi protes yang telah dilakukan oleh kelompok-kelompok iklim di Australia dalam beberapa tahun terakhir. Australia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti kekeringan, kebakaran hutan, banjir, dan kenaikan permukaan laut. Australia juga merupakan salah satu negara yang paling bergantung pada industri fosil, seperti batu bara, gas, dan minyak, yang merupakan penyumbang utama emisi gas rumah kaca.
Pemerintah Australia saat ini, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Scott Morrison dari Partai Liberal, telah mendapat kritik keras dari dalam dan luar negeri karena dianggap tidak serius dalam menangani krisis iklim. Pemerintah Australia belum menetapkan target nol emisi karbon, dan masih berencana untuk memperluas proyek-proyek fosil, seperti tambang batu bara Adani di Queensland. Pemerintah Australia juga telah menolak untuk bergabung dengan inisiatif global seperti Perjanjian Paris atau KTT Iklim PBB, dan bahkan mengejek usulan untuk mengurangi konsumsi daging atau menggunakan kendaraan listrik.