Sektor batubara India, yang menyediakan sebagian besar energi negara tersebut, diperkirakan akan mengalami lonjakan besar dalam produksi dan permintaan pada tahun 2024, menurut laporan terbaru dari berbagai sumber. Hal ini menunjukkan bahwa batubara masih memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial India, meskipun ada tantangan lingkungan dan komitmen untuk beralih ke energi bersih.
Produksi Batubara India Mencapai Rekor Baru
Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan sektor batubara India adalah peningkatan produksi dari perusahaan negara Coal India Limited (CIL), yang menguasai sekitar 80% pasokan batubara domestik. CIL telah menetapkan target untuk memproduksi 838 juta ton (MT) batubara pada tahun keuangan 2024-25, meningkat 7,57% dari tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 661 MT akan dipasok ke sektor listrik, yang merupakan konsumen terbesar batubara di India.
CIL juga berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi batubara melalui penambahan 19 proyek baru dengan investasi sekitar Rs 45.000 crore (US$ 6,1 miliar)3. Selain itu, CIL telah membentuk usaha patungan dengan Bharat Heavy Electricals Ltd (BHEL) untuk mendirikan pabrik amonium nitrat, sebagai bagian dari rencana bisnis batubara-ke-kimia. Amonium nitrat adalah bahan baku utama untuk pembuatan bahan peledak yang digunakan dalam pertambangan batubara.
Produksi batubara India juga didukung oleh peningkatan aktivitas dari sektor swasta, yang telah mendapatkan izin untuk melakukan penambangan komersial batubara sejak tahun 2020. Beberapa perusahaan besar, seperti Adani Group, Vedanta Group, dan JSW Group, telah memenangkan lelang untuk blok-blok batubara yang ditawarkan oleh pemerintah. Sektor swasta diperkirakan akan menyumbang sekitar 15% dari produksi batubara India pada tahun 2024.
Permintaan Batubara India Terus Meningkat
Sementara itu, permintaan batubara India juga terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan energi. India adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia selama dua dekade terakhir, dengan rata-rata 7% per tahun. Menurut International Energy Agency (IEA), setiap tahun, negara tersebut menambahkan populasi perkotaan sebesar kota London. Pertumbuhan ini telah menyebabkan pembangunan gedung, pabrik, dan jaringan transportasi baru yang membutuhkan energi.
Secara historis, batubara dan minyak telah menjadi landasan pertumbuhan industri dan modernisasi India, memberikan akses kepada masyarakat terhadap layanan energi modern. Batubara saat ini menyumbang lebih dari 50% dari kapasitas terpasang India sebesar 428,3 GW. Batubara juga merupakan sumber utama untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang menyediakan sekitar 70% dari total pasokan listrik di India.
Permintaan batubara India terutama didorong oleh sektor listrik, yang mengalami peningkatan konsumsi listrik sebesar 11,3% pada tahun 2023, laju tercepat dalam setidaknya lima tahun terakhir. Hal ini dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi pasca-pandemi, peningkatan aktivitas industri, dan penambahan kapasitas PLTU baru. Menurut Kementerian Tenaga, India akan mulai mengoperasikan PLTU baru dengan kapasitas gabungan 13,9 GW pada tahun 2024, peningkatan tahunan terbesar dalam setidaknya enam tahun terakhir.
Selain sektor listrik, permintaan batubara India juga berasal dari sektor industri, seperti semen, baja, dan kimia, yang membutuhkan batubara sebagai bahan bakar atau bahan baku. Sektor-sektor ini diperkirakan akan tumbuh seiring dengan peningkatan pembangunan infrastruktur dan permintaan domestik. India juga merupakan produsen kokas terbesar ketiga di dunia, yang merupakan bahan penting untuk produksi baja.
Impor Batubara India Masih Tinggi
Meskipun produksi batubara India meningkat, negara tersebut masih bergantung pada impor batubara untuk memenuhi sebagian kebutuhannya. Impor batubara India mencapai 248 MT pada tahun 2023, naik 9% dari tahun sebelumnya. Impor batubara India terdiri dari batubara termal, yang digunakan untuk pembangkit listrik, dan batubara metalurgi, yang digunakan untuk produksi baja.
Salah satu alasan utama mengapa India masih mengimpor batubara adalah karena kualitas batubara domestik yang rendah. Batubara India memiliki kadar abu yang tinggi, yang menyebabkan polusi dan efisiensi yang rendah. Sebaliknya, batubara impor memiliki kadar abu yang rendah dan nilai kalori yang lebih tinggi, yang membuatnya lebih diminati oleh sektor listrik dan industri.
India juga mengimpor batubara karena faktor-faktor lain, seperti kurangnya infrastruktur transportasi, kekurangan pasokan domestik, dan fluktuasi harga global. India menghadapi tantangan dalam mengangkut batubara dari daerah-daerah penghasil batubara, seperti Jharkhand, ke daerah-daerah konsumen, seperti Gujarat.
Hal ini menyebabkan biaya logistik yang tinggi dan keterlambatan pengiriman. Selain itu, India mengalami kekurangan pasokan batubara metalurgi, yang hanya dapat dipenuhi dengan impor. India juga memanfaatkan kesempatan untuk mengimpor batubara ketika harga global turun, seperti yang terjadi pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19.
Tantangan dan Peluang dalam Transisi Energi
Meskipun batubara masih memiliki peran penting dalam sektor energi India, negara tersebut juga berkomitmen untuk beralih ke energi bersih sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan keamanan energi. India telah menjanjikan bahwa energi terbarukan akan menyediakan 50% dari listriknya pada tahun 2030. Angka ini bisa naik lebih tinggi karena India mengejar target emisi netral pada tahun 2070.
India telah membuat kemajuan signifikan dalam pengembangan energi terbarukan, terutama tenaga surya dan angin. India telah menambahkan 13 GW kapasitas energi terbarukan pada tahun 2023, dan berencana untuk menambahkan 175 GW pada tahun 2022. India juga telah mengumumkan rencana untuk membangun taman surya terbesar di dunia, dengan kapasitas 30 GW, di negara bagian Gujarat.
Transisi energi India akan memberikan peluang bagi sektor batubara untuk beradaptasi dan berinovasi. Salah satu cara yang mungkin adalah dengan mengembangkan teknologi batubara-ke-kimia, yang dapat mengubah batubara menjadi produk-produk bernilai tinggi, seperti metanol, urea, dan amonium nitrat. Teknologi-teknologi ini dapat meningkatkan nilai tambah batubara dan mengurangi ketergantungan pada impor produk kimia.