Rumah Sakit Terbesar di Gaza Tak Berfungsi Usai Serangan Israel

Rumah Sakit Terbesar di Gaza Tak Berfungsi Usai Serangan Israel

Rumah sakit Nasser di Gaza, yang merupakan rumah sakit terbesar yang masih berfungsi di wilayah tersebut, telah berhenti beroperasi akibat serangan udara Israel yang berlangsung sejak pekan lalu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak diizinkan memasuki kompleks rumah sakit untuk menilai kondisi pasien dan kebutuhan medis kritis.

Serangan Israel terhadap Gaza telah menewaskan lebih dari 28.400 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 68.000 orang sejak perang dimulai pada 7 Oktober tahun lalu. Israel mengklaim melakukan operasi militer untuk membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza.

WHO: Rumah Sakit Nasser Tak Berfungsi Lagi

Kepala WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, menulis di X, mantan Twitter, bahwa rumah sakit Nasser di Gaza “tidak berfungsi lagi, setelah pengepungan selama seminggu diikuti oleh penyerbuan yang masih berlangsung”.

“Baik kemarin maupun hari sebelumnya, tim WHO tidak diizinkan memasuki rumah sakit untuk menilai kondisi pasien dan kebutuhan medis kritis, meskipun mencapai kompleks rumah sakit untuk mengirimkan bahan bakar bersama mitra,” katanya.

“Masih ada sekitar 200 pasien di rumah sakit. Setidaknya 20 orang perlu segera dirujuk ke rumah sakit lain untuk menerima perawatan kesehatan; rujukan medis adalah hak setiap pasien,” tambahnya.

Juru bicara kementerian kesehatan Gaza yang dikendalikan Hamas, Ashraf al-Qidra, mengatakan hanya ada empat staf medis yang tersisa di rumah sakit yang mencoba merawat pasien yang tersisa. Ia juga mengatakan bahwa kurangnya pasokan oksigen – juga akibat tidak adanya listrik – telah menyebabkan kematian setidaknya tujuh pasien.

BBC tidak dapat mengakses rumah sakit dan tidak dapat memverifikasi secara independen situasi di sana. Seorang sumber di dalam rumah sakit, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada BBC News bahwa 11 pasien telah meninggal karena gangguan pasokan listrik dan oksigen, dan bahwa beberapa dokter telah ditangkap.

Militer Israel mengatakan tidak ada yang meninggal akibat tindakannya, menambahkan bahwa pasukannya telah diperintahkan untuk menjaga rumah sakit tetap berjalan. Militer Israel mengatakan telah membawa pasokan solar dan oksigen ke fasilitas tersebut, dan bahwa sebuah generator sementara sedang beroperasi.

Serangan Israel Tewaskan Puluhan Warga Palestina

Serangan udara Israel telah berkecamuk di sekitar situs Nasser selama berminggu-minggu. Israel berulang kali mengklaim Hamas menggunakan rumah sakit, bersama dengan sekolah, sebagai basis operasional. Militer Israel mengatakan telah membunuh sekitar 20 pejuang Hamas dan menyita banyak senjata di daerah rumah sakit.

Serangan Israel terhadap Gaza juga menargetkan wilayah lain di jalur pesisir yang padat penduduk itu, termasuk kota Khan Younis dan Rafah di selatan. Militer Israel mengatakan telah menyerang sekitar 200 target Hamas di Gaza, termasuk markas, terowongan, dan peluncur roket.

Hamas, yang menguasai Gaza sejak 2007, telah menembakkan ribuan roket ke Israel sejak perang dimulai pada 7 Oktober tahun lalu, menewaskan sedikitnya 1.200 orang di Israel, sebagian besar warga sipilHamas mengatakan perangnya adalah perlawanan terhadap blokade Israel dan Mesir yang telah membuat Gaza terisolasi.

Upaya Gencatan Senjata Mandek

Serangan Israel terhadap Gaza terjadi di tengah upaya diplomatik untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama lebih dari empat bulan. Dewan Keamanan PBB kemungkinan akan memberikan suara pada Selasa untuk menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di perang Israel-Gaza, kata para diplomat kepada Reuters, dalam langkah yang disinyalir akan di-veto oleh AS.

AS, sekutu utama Israel, mengatakan rancangan resolusi yang diajukan oleh Aljazair lebih dari dua minggu lalu dapat membahayakan “negosiasi sensitif” yang bertujuan untuk mencapai jeda dalam perang. “Amerika Serikat tidak mendukung tindakan atas rancangan resolusi ini. Jika disahkan seperti yang dirancang, maka tidak akan diadopsi,” kata duta besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, dalam sebuah pernyataan pada Sabtu.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan ia mengirimkan negosiator setelah permintaan dari Presiden AS Joe Biden, tetapi menambahkan mereka tidak kembali untuk pembicaraan lebih lanjut karena tuntutan Hamas “delusional”. 

Netanyahu juga menegaskan pemerintah Israel terus mendorong invasi darat Gaza lebih jauh ke selatan, mencakup wilayah Rafah, meskipun tekanan internasional untuk tidak melakukannya tanpa memiliki rencana untuk mengevakuasi warga sipil Palestina yang melarikan diri ke sana selama hari-hari awal perang.

Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, yang terlibat dalam upaya mediasi, mengatakan pada Sabtu bahwa pola dalam beberapa hari terakhir “tidak benar-benar sangat menjanjikan”, tetapi menambahkan bahwa Qatar akan “selalu tetap optimis dan akan selalu tetap mendorong”.

Krisis Kemanusiaan di Gaza

Serangan Israel terhadap Gaza telah memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah di wilayah tersebut, yang menghadapi kekurangan air, listrik, bahan bakar, dan obat-obatan. WHO mengatakan sekitar 70% dari fasilitas kesehatan di Gaza tidak berfungsi atau hanya berfungsi sebagian.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan lebih dari 1,2 juta orang di Gaza membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak, termasuk makanan, air bersih, dan perlindungan. UNRWA juga mengatakan lebih dari 300.000 orang telah mengungsi dari rumah mereka dan mencari perlindungan di sekolah-sekolah PBB dan tempat-tempat lain.

Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, mengatakan pada Sabtu bahwa bantuan kemanusiaan tidak dapat mencapai Gaza karena penutupan perbatasan oleh Israel dan Mesir. “Kami tidak dapat mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Kami tidak dapat mengirimkan bahan bakar, kami tidak dapat mengirimkan obat-obatan, kami tidak dapat mengirimkan makanan,” katanya.

Lazzarini juga mengatakan bahwa anak-anak di Gaza telah mengalami trauma yang luar biasa akibat perang. “Anak-anak di Gaza telah kehilangan masa kecil mereka. Mereka telah kehilangan harapan mereka. Mereka telah kehilangan masa depan mereka,” katanya.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Scroll to Top