Israel Siapkan Invasi Rafah di Gaza, Dunia Internasional Beri Peringatan

Tel Aviv, 11 Februari 2024. Israel mengatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan invasi darat ke Rafah, kota terbesar di Gaza selatan, meskipun ada peringatan keras dari pemimpin dunia tentang bencana kemanusiaan yang akan terjadi.

Serangan udara Israel yang mematikan telah menewaskan setidaknya 44 orang di Rafah sejak Sabtu, termasuk 16 anak-anak dan 10 perempuan, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Lebih dari 200 orang lainnya terluka akibat serangan yang menghancurkan rumah-rumah, sekolah, masjid, dan infrastruktur lainnya.

Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan terowongan bawah tanah yang digunakan oleh Hamas, kelompok bersenjata yang menguasai Gaza, untuk menyelundupkan senjata dan pejuang. Namun, warga sipil Gaza mengatakan bahwa mereka tidak merasa aman di mana pun dan tidak punya tempat untuk melarikan diri.

“Kami tidak bisa tidur, kami tidak bisa makan, kami tidak bisa melakukan apa-apa. Kami hanya menunggu kematian,” kata Umm Nasser, seorang ibu dari tujuh anak yang tinggal di dekat perbatasan dengan Mesir.

Ancaman Invasi Darat

Israel telah memobilisasi ribuan tentara di sepanjang perbatasan Gaza dan mengatakan bahwa mereka siap untuk melancarkan invasi darat jika diperlukan. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan bahwa operasi militer, yang dinamakan “Penjaga Tembok”, akan berlanjut “sampai tujuannya tercapai”.

“Kami akan terus menyerang dan membawa ketenangan kembali ke negara Israel. Jika Hamas tidak mengerti pesan dari serangan udara, maka mereka akan mengerti pesan dari pasukan darat kami,” kata Gantz pada hari Minggu.

Invasi darat Israel terakhir ke Gaza terjadi pada tahun 2014, ketika lebih dari 2.200 orang Palestina dan 73 orang Israel tewas dalam perang selama 50 hari. Sebagian besar korban Palestina adalah warga sipil, termasuk lebih dari 500 anak-anak.

Reaksi Dunia Internasional

Serangan Israel terhadap Gaza telah menimbulkan kecaman dan keprihatinan dari komunitas internasional, yang mendesak agar dihentikan kekerasan dan dilakukan gencatan senjata.

Pemimpin Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Israel adalah “negara teroris” yang melakukan “genosida” terhadap orang Palestina. Ia juga mengkritik sikap diam negara-negara Islam dan Barat terhadap agresi Israel.

“Kami mengutuk keras serangan Israel yang tidak berperikemanusiaan dan tidak proporsional terhadap Gaza, yang telah menyebabkan banyak korban jiwa dan luka-luka di kalangan warga sipil yang tidak bersalah, termasuk anak-anak,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dalam sebuah pernyataan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa ia “sangat terganggu” oleh eskalasi kekerasan di Gaza dan Israel, dan memperingatkan bahwa konflik ini dapat “memicu siklus tak terkendali” yang berbahaya. Ia menyerukan agar semua pihak menahan diri dan menghormati hukum humaniter internasional.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, dan menegaskan hak Israel untuk mempertahankan diri. Namun, ia juga mengungkapkan keprihatinan atas situasi kemanusiaan di Gaza dan mengatakan bahwa ia mendukung upaya diplomasi untuk mengakhiri krisis.

Latar Belakang Konflik

Konflik terbaru antara Israel dan Gaza dipicu oleh protes dan bentrokan di Yerusalem Timur, kota yang diklaim oleh kedua belah pihak sebagai ibu kota mereka. Israel telah menduduki Yerusalem Timur sejak tahun 1967 dan menganggapnya sebagai bagian dari wilayahnya, meskipun tidak diakui oleh sebagian besar negara dunia.

Tegangan meningkat pada awal bulan ini ketika Israel berencana untuk menggusur beberapa keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah, yang dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia oleh PBB. Polisi Israel juga menyerbu Masjid Al-Aqsa, tempat suci bagi umat Islam, dan menyerang jamaah yang sedang beribadah dengan gas air mata, granat kejut, dan peluru karet.

Hamas, yang mengaku dirinya sebagai pembela orang Palestina, mulai menembakkan roket ke Israel pada hari Senin lalu sebagai tanggapan atas tindakan Israel di Yerusalem. Israel kemudian melancarkan serangan udara balasan ke Gaza, yang berujung pada korban jiwa yang terus bertambah.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 200 orang telah tewas dan lebih dari 1.300 orang terluka akibat serangan Israel sejak Senin. Di Israel, 10 orang tewas dan lebih dari 500 orang terluka akibat roket Hamas.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Scroll to Top