Pemilihan umum federal Jerman tahun 2025 akan menjadi momen penting bagi masa depan politik negara itu. Setelah 16 tahun berkuasa, Kanselir Angela Merkel akan mundur dari jabatannya dan meninggalkan kursi kosong yang diperebutkan oleh banyak kandidat. Salah satu kandidat yang menarik perhatian adalah Friedrich Merz, mantan pemimpin fraksi CDU/CSU yang kembali ke panggung politik setelah absen selama satu dekade.
Merz dikenal sebagai sosok konservatif dan liberal yang memiliki pandangan berbeda dengan Merkel, terutama dalam hal ekonomi, imigrasi, dan hubungan Eropa. Merz juga dikabarkan memiliki ambisi untuk menjadi kanselir, meskipun dia belum secara resmi mengumumkan pencalonannya.
Namun, untuk menjadi kanselir, Merz harus menghadapi tantangan besar, yaitu mencari mitra koalisi yang cocok dengan visinya. Saat ini, CDU/CSU masih menjadi partai terbesar di Jerman, tetapi tidak cukup untuk memerintah sendiri. Partai-partai lain, seperti SPD, FDP, dan Linke, juga memiliki basis pemilih yang signifikan, tetapi tidak selaras dengan agenda Merz. Oleh karena itu, banyak spekulasi yang muncul tentang kemungkinan koalisi antara CDU/CSU dan partai yang sedang naik daun, yaitu Die Grünen (Hijau).
Partai Hijau adalah partai yang berfokus pada isu-isu lingkungan, sosial, dan hak asasi manusia. Partai ini telah menunjukkan kinerja yang mengesankan dalam pemilihan regional dan Eropa, dan diperkirakan akan menjadi partai kedua terbesar di Jerman setelah pemilu 2025. Partai Hijau juga memiliki beberapa tokoh populer, seperti Annalena Baerbock dan Robert Habeck, yang berpotensi menjadi kandidat kanselir.
Partai Hijau telah berpengalaman berkoalisi dengan CDU/CSU di tingkat negara bagian, seperti di Baden-Württemberg, Hessen, dan Schleswig-Holstein. Namun, apakah koalisi ini bisa terwujud di tingkat federal, dan apakah Merz dan Hijau bisa bersatu?
Kesamaan dan Perbedaan antara Merz dan Hijau
Merz dan Hijau memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dalam hal visi dan program politik mereka. Berikut adalah beberapa poin penting yang bisa menjadi titik temu atau pertentangan antara keduanya:
Ekonomi
Merz adalah seorang pengusaha sukses yang memiliki latar belakang di bidang hukum dan keuangan. Dia adalah pendukung kuat dari pasar bebas, persaingan, dan deregulasi. Dia juga mengusulkan untuk mereformasi sistem pajak Jerman dengan mengurangi tarif dan menyederhanakan strukturnya. Merz berpendapat bahwa kebijakan ekonomi yang pro-bisnis akan meningkatkan pertumbuhan, investasi, dan lapangan kerja di Jerman.
Sementara itu, Hijau adalah partai yang mengadvokasi untuk transisi ke ekonomi hijau yang berkelanjutan dan adil. Partai ini menentang kebijakan-kebijakan yang merugikan lingkungan, seperti penggunaan batu bara, energi nuklir, dan mobil diesel. Partai ini juga mendukung untuk meningkatkan investasi publik di bidang energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, dan infrastruktur digital. Partai ini juga menginginkan untuk memperkuat sistem kesejahteraan sosial dan mengurangi ketimpangan ekonomi di Jerman.
Imigrasi
Merz adalah seorang kritikus tajam dari kebijakan imigrasi yang dijalankan oleh Merkel selama krisis pengungsi tahun 2015-2016. Dia menilai bahwa kebijakan tersebut telah melemahkan kedaulatan dan keamanan Jerman, serta menimbulkan masalah integrasi dan identitas. Merz menyerukan untuk memperketat kontrol perbatasan, menegakkan hukum, dan membatasi jumlah pengungsi yang diterima oleh Jerman.
Dia juga menekankan pentingnya menjaga identitas dan nilai-nilai Kristen di Jerman. Di sisi lain, Hijau adalah partai yang memiliki sikap terbuka dan humanis terhadap isu imigrasi. Partai ini menolak untuk menutup pintu bagi orang-orang yang membutuhkan perlindungan dan bantuan. Partai ini juga berkomitmen untuk memperbaiki kondisi hidup dan hak asasi manusia para pengungsi, serta memfasilitasi integrasi mereka ke masyarakat Jerman. Partai ini juga menghargai keragaman dan multikulturalisme di Jerman.
Eropa
Merz adalah seorang pendukung dari integrasi Eropa, tetapi dengan syarat dan batasan tertentu. Dia mengakui bahwa Jerman memiliki kepentingan strategis dan ekonomis untuk mempertahankan dan memperkuat Uni Eropa, terutama di tengah persaingan global dengan AS, China, dan Rusia. Namun, dia juga menentang beberapa aspek dari integrasi Eropa, seperti transfer fiskal, utang bersama, dan harmonisasi sosial.
Dia juga skeptis terhadap peran Prancis dalam memimpin dan membentuk agenda Eropa. Dia lebih memilih untuk menjalin kerjasama bilateral dengan negara-negara Eropa lainnya, terutama dengan negara-negara Nordik dan Eropa Timur. Sementara itu, Hijau adalah partai yang sangat pro-Eropa dan federalis. Partai ini mendukung untuk memperdalam dan memperluas integrasi Eropa di berbagai bidang, seperti iklim, demokrasi, hak asasi manusia, dan kebijakan luar negeri.
Partai ini juga menyerukan untuk meningkatkan solidaritas dan tanggung jawab bersama di antara negara-negara anggota UE, terutama dalam mengatasi krisis ekonomi, kesehatan, dan kemanusiaan. Partai ini juga menghormati dan mendukung peran Prancis sebagai mitra utama Jerman dalam memajukan proyek Eropa.
Peluang dan Tantangan untuk Koalisi Merz-Hijau
Dari poin-poin yang telah dibahas, terlihat bahwa Merz dan Hijau memiliki banyak perbedaan yang mungkin sulit untuk diselaraskan dalam sebuah koalisi. Namun, ada juga beberapa peluang dan tantangan yang bisa mempengaruhi kemungkinan terbentuknya koalisi tersebut. Berikut adalah beberapa faktor yang bisa menjadi penentu:
Hasil Pemilu
Hasil pemilu 2025 akan menentukan seberapa besar kekuatan dan pengaruh masing-masing partai dalam negosiasi koalisi. Jika CDU/CSU masih menjadi partai terbesar, maka Merz akan memiliki posisi tawar yang lebih kuat untuk menentukan arah dan program pemerintahan. Namun, jika Hijau berhasil mengungguli CDU/CSU, maka Baerbock atau Habeck akan memiliki kesempatan untuk menjadi kanselir, dan Merz harus bersedia untuk menjadi mitra junior atau bahkan menyerahkan kursi menteri keuangan.
Selain itu, hasil pemilu juga akan menunjukkan seberapa besar dukungan publik terhadap visi dan agenda masing-masing partai, yang bisa menjadi dasar untuk mencari titik temu atau kompromi.
Dinamika Internal Partai
Dinamika internal partai juga akan berpengaruh terhadap kemauan dan kemampuan masing-masing partai untuk berkoalisi. Di dalam CDU/CSU, Merz harus menghadapi perlawanan dari sayap moderat dan pro-Merkel, yang mungkin tidak setuju dengan pandangan dan gaya kepemimpinannya. Merz juga harus menjaga hubungan baik dengan CSU, partai saudara dari Bavaria, yang memiliki sikap lebih keras terhadap isu-isu seperti imigrasi dan Eropa.
Merz harus bisa menunjukkan bahwa dia bisa menyatukan dan memimpin partainya dengan efektif, serta menghormati kepentingan dan aspirasi CSU. Di sisi lain, di dalam Hijau, Baerbock dan Habeck harus mengatasi perbedaan antara sayap realis dan fundamentalis, yang memiliki pandangan berbeda tentang seberapa jauh partai mereka harus berkompromi dengan partai lain.
Baerbock dan Habeck harus bisa meyakinkan basis pemilih dan anggota partainya bahwa berkoalisi dengan CDU/CSU tidak akan mengorbankan prinsip dan nilai-nilai Hijau, serta tidak akan merugikan citra dan popularitas partai mereka.
Sikap Publik dan Media
Sikap publik dan media juga akan memainkan peran penting dalam membentuk opini dan harapan terhadap koalisi Merz-Hijau. Jika publik dan media memberikan dukungan dan dorongan yang positif terhadap koalisi tersebut, maka Merz dan Hijau akan merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk menjalin kerjasama.
Namun, jika publik dan media memberikan kritik dan penolakan yang negatif terhadap koalisi tersebut, maka Merz dan Hijau akan merasa lebih ragu-ragu dan tertekan untuk berkoalisi. Publik dan media juga akan memantau dan mengevaluasi kinerja dan kestabilan koalisi tersebut, serta memberikan tanggapan dan saran yang konstruktif atau destruktif.
Pandangan ke Depannya
Koalisi Merz-Hijau adalah salah satu skenario yang mungkin terjadi pasca-pemilu 2025 di Jerman. Koalisi ini memiliki potensi untuk membawa perubahan dan inovasi dalam politik Jerman, tetapi juga memiliki tantangan dan risiko yang besar. Merz dan Hijau harus bisa menemukan titik temu dan kompromi yang adil dan seimbang dalam hal visi dan program politik mereka, serta mengatasi hambatan dan konflik yang mungkin muncul dari dalam dan luar partai mereka.
Koalisi ini juga harus mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari publik dan media, serta membuktikan bahwa mereka bisa bekerja sama dengan efektif dan harmonis untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat Jerman.