Jerman Hadapi Ancaman Rusia: Apakah Militer Jerman Siap Berperang?

Jerman, negara terbesar dan terkuat di Uni Eropa, menghadapi tantangan besar dari Rusia, yang telah menyerang Ukraina dan mengancam keamanan Eropa. Namun, apakah militer Jerman siap untuk menghadapi ancaman ini? Menurut beberapa ahli dan pejabat, jawabannya adalah tidak.

Militer Jerman dalam Kondisi Buruk

Menurut Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, militer Jerman saat ini tidak mampu menangani masalah keamanan yang dihadapi Eropa. Dalam pidatonya di akademi militer Jerman di Hamburg, Pistorius mengatakan bahwa Jerman perlu siap untuk menghadapi Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang bisa menyerang dalam waktu delapan tahun.

Pistorius mengatakan bahwa Jerman perlu melakukan “debat nasional serius” tentang masa depan militer Jerman, yang menurutnya dalam keadaan tidak siap perang. “Apakah kita benar-benar siap untuk mempertahankan negara ini? Dan siapa ‘kita’ ini? Debat ini harus dilakukan,” katanya.

Pistorius mengatakan bahwa perdamaian dan kebebasan yang dinikmati sebagian besar Eropa selama beberapa dekade “bukan lagi kepastian yang tak terbantahkan” dan bahwa Jerman sedang “ditantang lebih kuat dan aktif daripada sebelumnya sebagai peserta aktif dalam kebijakan dan keamanan”.

Pistorius juga mengatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan penduduk tanpa kewarganegaraan Jerman untuk bergabung dengan militer dalam upaya meningkatkan jumlah pasukan dari 181.000 menjadi 203.000 pada tahun 2031. Dia mengatakan bahwa ini bisa menjadi cara untuk memberikan kewarganegaraan kepada mereka yang berjasa bagi negara.

Namun, rencana Pistorius ini mendapat kritik dari beberapa pihak, termasuk dari mantan Menteri Pertahanan Jerman, Karl-Theodor zu Guttenberg, yang mengatakan bahwa Jerman tidak perlu “mengejar kuantitas”, tetapi “meningkatkan kualitas”. Guttenberg, yang pernah menyebut perang di Afghanistan sebagai “perang”, mengatakan bahwa Jerman perlu meningkatkan anggaran pertahanannya, memodernisasi peralatannya, dan meningkatkan kerjasama dengan sekutu-sekutunya.

Ancaman Rusia Semakin Nyata

Sementara itu, ancaman Rusia terhadap Eropa semakin nyata, terutama setelah Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari 2024, dan menguasai sebagian besar wilayahnya. Serangan ini mengejutkan dunia, dan menimbulkan kecaman keras dari negara-negara Barat, termasuk Jerman.

Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengatakan bahwa serangan Rusia ini merupakan “titik balik” dalam sejarah Eropa, dan mengatakan bahwa Jerman harus mengambil langkah-langkah untuk menghadapi Rusia. Dia mengatakan bahwa Jerman harus menghentikan proyek pipa gas Nord Stream 2, yang akan mengangkut gas dari Rusia langsung ke pantai Baltik Jerman, dan mengakhiri impor energi dari Rusia. Dia juga mengatakan bahwa Jerman harus mengubah aturannya tentang ekspor senjata, dan meningkatkan pengeluaran pertahanannya.

Scholz mengatakan bahwa Jerman akan mendukung Ukraina, yang merupakan mitra penting bagi Eropa, dan akan bekerja sama dengan negara-negara NATO dan Uni Eropa untuk memberikan bantuan militer dan diplomatik. Dia juga mengatakan bahwa Jerman akan berusaha untuk menjaga saluran komunikasi dengan Rusia, dan menyerukan agar Rusia menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina.

Namun, Rusia tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menghentikan agresinya, dan bahkan menuntut agar NATO mengurangi kehadirannya di Eropa Timur, dan mengakui bahwa Ukraina berada dalam zona pengaruh Rusia. Rusia juga mengancam akan menggunakan senjata nuklir jika NATO melakukan intervensi militer.

Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, mengecam tuntutan Rusia sebagai “diplomasi ala Perang Dingin”, dan mengatakan bahwa Rusia sedang menempatkan perdamaian dalam bahaya. Dia mendesak Rusia untuk mengambil “langkah-langkah serius menuju de-eskalasi” krisis Ukraina, dan mengatakan bahwa Jerman tidak akan menerima “ultimatum” dari Rusia.

Apakah Jerman Siap Berperang?

Pertanyaan yang muncul adalah, apakah Jerman siap untuk berperang melawan Rusia, jika diperlukan? Menurut beberapa ahli dan pejabat, jawabannya adalah tidak. Mereka mengatakan bahwa militer Jerman saat ini menghadapi banyak masalah, seperti kekurangan personel, peralatan usang, anggaran rendah, dan moral rendah. Mereka juga mengatakan bahwa Jerman tidak memiliki strategi yang jelas, dan masih terbelenggu oleh masa lalunya yang traumatis. 

Salah satu yang mengkritik kondisi militer Jerman adalah Jenderal Eberhard Zorn, kepala staf angkatan bersenjata Jerman, yang mengatakan bahwa militer Jerman “tidak berada dalam posisi untuk mempertahankan negara dengan baik”. Dia mengatakan bahwa militer Jerman hanya memiliki sekitar 50% dari kekuatan tempur yang dibutuhkan, dan bahwa banyak peralatan yang tidak berfungsi atau rusak. Dia juga mengatakan bahwa militer Jerman membutuhkan lebih banyak investasi, pelatihan, dan motivasi.

Selain itu, militer Jerman juga menghadapi tantangan untuk beradaptasi dengan lingkungan keamanan yang berubah, yang membutuhkan kemampuan untuk melakukan operasi gabungan, lintas domain, dan multinasional. Militer Jerman juga harus meningkatkan kerjasama dengan sekutu-sekutunya, terutama dengan Prancis, yang merupakan mitra strategis utama Jerman di Eropa. Namun, ada juga perbedaan pendapat antara Jerman dan Prancis, terutama mengenai hubungan dengan Rusia dan China.

Selain itu, militer Jerman juga harus mengatasi hambatan politik dan sosial, yang mempengaruhi kemauan dan kemampuan Jerman untuk berperang. Jerman masih memiliki warisan sejarah yang menyakitkan, yang membuat banyak orang Jerman enggan untuk menggunakan kekuatan militer, atau bahkan mengakui bahwa mereka berada dalam situasi perang. Jerman juga memiliki opini publik yang skeptis terhadap peran militer Jerman, dan hukum yang ketat yang mengatur penggunaan kekerasan oleh militer Jerman.
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Scroll to Top