Editorial: Serangan Udara AS dan Inggris di Yaman, Apa Tujuan dan Dampaknya?

Editorial: Serangan Udara AS dan Inggris di Yaman, Apa Tujuan dan Dampaknya?

Serangan udara bersama AS dan Inggris terhadap target-target Houthi di Yaman pada akhir pekan lalu menimbulkan pertanyaan tentang tujuan dan dampak dari operasi militer tersebut. Apakah serangan tersebut dapat menghentikan ancaman Houthi terhadap pelayaran di Laut Merah?

Apakah serangan tersebut dapat membuka jalan untuk perdamaian di Yaman yang dilanda perang? Apakah serangan tersebut dapat mengubah sikap Iran yang mendukung Houthi?

Latar Belakang

Serangan udara AS dan Inggris terhadap Houthi di Yaman merupakan respons terhadap serangan-serangan berulang yang dilakukan oleh kelompok pemberontak tersebut terhadap kapal-kapal komersial dan militer yang melintasi Laut Merah. Serangan-serangan Houthi, yang menggunakan rudal, drone, dan ranjau laut, telah mengancam keamanan dan stabilitas kawasan, serta mengganggu jalur perdagangan global yang penting.

Serangan udara AS dan Inggris juga terjadi di tengah konflik yang memanas antara Israel dan Palestina di Gaza, yang telah menewaskan ratusan orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan. Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman, termasuk ibu kota Sanaa, telah menyatakan solidaritas mereka dengan rakyat Palestina dan mengecam Israel sebagai “penjajah” dan “pembunuh”. Houthi juga telah menuduh AS dan Inggris sebagai “sekutu” Israel dan “penjajah” Yaman.

Houthi, yang berasal dari kelompok minoritas Syiah Zaidi, telah berperang melawan pemerintah Yaman yang didukung oleh koalisi pimpinan Arab Saudi sejak 2014. Perang saudara di Yaman telah menewaskan lebih dari 100.000 orang, menyebabkan bencana kemanusiaan terbesar di dunia, dan menciptakan ruang bagi kelompok-kelompok ekstremis seperti Al-Qaeda dan ISIS.

Iran, yang merupakan rival regional Arab Saudi dan sekutu utama Houthi, telah memberikan bantuan militer dan politik kepada kelompok pemberontak tersebut, meskipun membantah keterlibatannya secara langsung.

Tujuan

Menurut pernyataan bersama AS, Inggris, dan negara-negara lain yang mendukung operasi militer tersebut, tujuan dari serangan udara adalah untuk “mengganggu dan mengurangi kemampuan milisi Houthi yang didukung Iran untuk melakukan serangan-serangan mereka yang sembrono dan mengganggu”. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan bahwa serangan udara tersebut “dimaksudkan untuk menghambat dan menghancurkan kemampuan Houthi untuk melancarkan serangan-serangan mereka”.

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan bahwa serangan udara tersebut “menunjukkan komitmen kami untuk menjaga keamanan maritim internasional dan mendukung perdamaian di Yaman”.

Namun, serangan udara AS dan Inggris juga memiliki tujuan lain yang tidak disebutkan secara eksplisit, yaitu untuk memberikan sinyal kepada Iran bahwa AS dan sekutunya tidak akan tinggal diam jika Iran terus mendukung kelompok-kelompok militan di kawasan tersebut.

Serangan udara tersebut merupakan serangan kedua yang dilakukan oleh AS terhadap target-target Iran atau yang terkait dengan Iran dalam beberapa bulan terakhir, setelah serangan udara di Irak dan Suriah pada Desember 2023 sebagai balasan atas serangan drone yang menewaskan tiga tentara AS di Yordania.

Serangan udara tersebut juga terjadi di tengah upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara Barat, yang ditinggalkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump pada 2018 dan diikuti oleh meningkatnya ketegangan dan konfrontasi di kawasan tersebut.

Dampak

Serangan udara AS dan Inggris terhadap Houthi di Yaman telah menimbulkan dampak yang bervariasi, baik di tingkat lokal, regional, maupun internasional. Di tingkat lokal, serangan udara tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan kerusakan di beberapa wilayah yang dikuasai oleh Houthi, termasuk ibu kota Sanaa. Juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengatakan bahwa lima anggota Houthi tewas dan enam lainnya terluka akibat serangan udara tersebut.

Saree juga mengatakan bahwa serangan udara tersebut telah menghantam 48 target, termasuk sistem radar, tempat penyimpanan dan peluncuran drone, fasilitas rudal, dan pusat komando dan kontrol Houthi. Saree mengecam serangan udara tersebut sebagai “agresi brutal” dan “pelanggaran berat” terhadap kedaulatan dan integritas Yaman, dan bersumpah untuk membalasnya.

Di tingkat regional, serangan udara tersebut telah menimbulkan reaksi yang beragam dari negara-negara tetangga dan saingan Yaman. Arab Saudi, yang telah memimpin koalisi militer melawan Houthi sejak 2015, menyambut baik serangan udara tersebut dan mengatakan bahwa itu merupakan “langkah penting” untuk menghadapi ancaman Houthi terhadap keamanan regional dan internasional.

Arab Saudi juga mengatakan bahwa itu merupakan “dukungan kuat” bagi upaya perdamaian PBB di Yaman, yang telah berjalan buntu karena ketidaksepakatan antara pihak-pihak yang bertikai. Iran, yang merupakan pendukung utama Houthi, mengecam serangan udara tersebut dan mengatakan bahwa itu merupakan “kontradiksi” dengan klaim AS dan Inggris bahwa mereka tidak ingin memperluas perang dan konflik di kawasan tersebut.

Iran juga mengatakan bahwa serangan udara tersebut merupakan “pelanggaran terang-terangan” terhadap hukum internasional dan hak-hak rakyat Yaman.

Di tingkat internasional, serangan udara tersebut telah menimbulkan kekhawatiran tentang eskalasi konflik di Timur Tengah, yang telah disaksikan oleh dunia dalam beberapa bulan terakhir. Serangan udara tersebut telah menambah daftar panjang dari serangan-serangan yang melibatkan AS, Inggris, Israel, Iran, dan kelompok-kelompok militan yang didukung oleh mereka di berbagai negara, seperti Irak, Suriah, Lebanon, Yordania, dan Palestina.

Serangan udara tersebut juga telah menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap proses diplomasi yang sedang berlangsung untuk menyelesaikan krisis nuklir Iran dan konflik Israel-Palestina.

Beberapa pengamat mengkhawatirkan bahwa serangan udara tersebut dapat memperburuk hubungan antara AS dan Iran, yang telah mencapai titik terendah dalam beberapa dekade, dan mengganggu upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015, yang diharapkan dapat meredakan ketegangan dan mencegah perlombaan senjata nuklir di kawasan tersebut.

Beberapa pengamat lainnya berharap bahwa serangan udara tersebut dapat menjadi pendorong untuk mendorong Iran dan Houthi untuk kembali ke meja perundingan dan mencari solusi politik untuk mengakhiri konflik-konflik yang berkepanjangan dan berdarah di Yaman dan kawasan tersebut.

Kesimpulan dan Kedepannya

Serangan udara AS dan Inggris terhadap Houthi di Yaman merupakan operasi militer yang memiliki tujuan dan dampak yang kompleks dan beragam. Serangan udara tersebut dimaksudkan untuk menghentikan ancaman Houthi terhadap pelayaran di Laut Merah, tetapi juga untuk memberikan sinyal kepada Iran bahwa AS dan sekutunya tidak akan mentolerir dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok militan di kawasan tersebut.

Serangan udara tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan kerusakan di beberapa wilayah yang dikuasai oleh Houthi, tetapi juga untuk mendukung upaya perdamaian PBB di Yaman. Serangan udara tersebut telah menimbulkan reaksi yang beragam dari negara-negara tetangga dan saingan Yaman, serta kekhawatiran tentang eskalasi konflik di Timur Tengah.

Serangan udara tersebut juga telah menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap proses diplomasi yang sedang berlangsung untuk menyelesaikan krisis nuklir Iran dan konflik Israel-Palestina.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Scroll to Top