Editorial: Prabowo vs Anies vs Ganjar, Siapa yang akan memenangkan Pilpres 2024?

Editorial: Prabowo vs Anies vs Ganjar, Siapa yang akan memenangkan Pilpres 2024?

Pemilihan presiden Indonesia 2024 akan menjadi salah satu pesta demokrasi terbesar di dunia, dengan lebih dari 205 juta pemilih yang akan menentukan nasib negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Tiga kandidat utama yang akan bersaing adalah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan, dan mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Ketiganya memiliki latar belakang, visi, dan strategi yang berbeda untuk memimpin Indonesia di tengah tantangan ekonomi, sosial, dan politik yang dihadapi negara ini. Siapa di antara mereka yang memiliki peluang terbesar untuk menang? Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan masing-masing kandidat? Dan apa yang menjadi harapan dan kekhawatiran rakyat Indonesia terhadap pilihan mereka?

Prabowo: Nasionalis yang ingin memperkuat pertahanan dan kedaulatan Indonesia

Prabowo Subianto adalah mantan jenderal angkatan darat yang pernah mencalonkan diri sebagai presiden dua kali, tetapi kalah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2019 dan 2024. Pada 2024, ia menggandeng putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden, dalam sebuah langkah yang dianggap sebagai rekonsiliasi politik antara kedua kubu yang sebelumnya berseteru.

Prabowo adalah pemimpin Partai Gerindra, yang merupakan bagian dari Koalisi Indonesia Maju, yang juga mencakup Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Solidaritas Indonesia, Partai Amanat Nasional, dan beberapa partai kecil lainnya. Koalisi ini mendukung agenda nasionalis dan populis Prabowo, yang ingin memperkuat pertahanan dan kedaulatan Indonesia, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Menurut survei terbaru Roy Morgan, Prabowo memiliki elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden, dengan 43 persen, naik 13 persen dari kuartal September 2023. Hal ini menunjukkan bahwa Prabowo berhasil menarik dukungan dari basis pendukung Jokowi, yang merasa kecewa dengan kinerja pemerintahan saat ini, terutama dalam mengatasi krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Prabowo juga mendapat manfaat dari popularitas tinggi Jokowi, yang memberikan dukungan kebijakan kepada mantan rivalnya itu. Prabowo diangkat sebagai menteri pertahanan pada 2019, dan sejak itu ia aktif melakukan diplomasi pertahanan dengan negara-negara sahabat, seperti Amerika Serikat, China, Rusia, India, dan Australia, serta mengupayakan modernisasi alutsista dan peningkatan kesejahteraan prajurit.

Namun, Prabowo juga menghadapi sejumlah tantangan dan kritik, baik dari dalam maupun luar koalisinya. Salah satu tantangannya adalah menjaga keseimbangan antara peran resminya sebagai menteri pertahanan dan peran politiknya sebagai calon presiden. Beberapa analis dan aktivis mengkhawatirkan adanya potensi penyalahgunaan kekuasaan dan sumber daya negara untuk kepentingan politik selama masa kampanye.

Salah satu kritik yang ditujukan kepada Prabowo adalah terkait dengan rencananya untuk membeli 36 jet tempur Rafale dari Prancis senilai US$ 4,5 miliar, yang dianggap terlalu mahal dan tidak sesuai dengan kebutuhan pertahanan Indonesia. Prabowo juga mendapat sorotan atas hak asasi manusia, terutama terkait dengan perannya dalam tragedi 1998 dan penculikan aktivis pro-demokrasi pada era Orde Baru.

Anies: Reformis yang ingin memutus rantai kekuasaan dan korupsi di Indonesia

Anies Baswedan adalah mantan menteri pendidikan dan kebudayaan yang kemudian menjadi gubernur Jakarta pada 2017-2022. Ia mengundurkan diri dari jabatannya pada Oktober 2023 untuk mencalonkan diri sebagai presiden, dengan didampingi oleh Muhaimin Iskandar, ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sebagai calon wakil presiden.

Anies adalah pemimpin Koalisi Perubahan untuk Persatuan, yang terdiri dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai NasDem, Partai Ummat, dan beberapa partai kecil lainnya. Koalisi ini mendukung agenda reformis dan religius Anies, yang ingin memutus rantai kekuasaan dan korupsi di Indonesia, serta mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Menurut survei Litbang Kompas, Anies memiliki elektabilitas sebesar 24 persen sebagai calon presiden, turun satu persen dari survei sebelumnya pada Januari. Hal ini menunjukkan bahwa Anies masih memiliki basis pendukung yang kuat, terutama di kalangan pemilih Muslim konservatif, yang mengagumi komitmennya terhadap nilai-nilai Islam dan keberanian menghadapi status quo.

Anies juga memiliki rekam jejak yang cukup baik sebagai gubernur Jakarta, di mana ia berhasil menyelesaikan sejumlah proyek infrastruktur, seperti MRT, LRT, flyover, dan jalan tol, serta meluncurkan program-program pro-rakyat, seperti OK OCE, Kartu Jakarta Pintar, dan Kartu Jakarta Sehat. Anies juga dikenal sebagai tokoh yang berwawasan luas dan berpendidikan tinggi, dengan gelar doktor dari Universitas Northern Illinois, Amerika Serikat.

Namun, Anies juga menghadapi sejumlah kontroversi dan hambatan, baik dari dalam maupun luar koalisinya. Salah satu kontroversinya adalah terkait dengan dukungan yang ia terima dari Front Pembela Islam (FPI), sebuah organisasi Islam garis keras yang dilarang oleh pemerintah karena dianggap terlibat dalam aksi terorisme dan kekerasan. Anies juga mendapat kritik atas kebijakannya yang dianggap diskriminatif dan populis, seperti penggusuran warga miskin, penutupan tempat hiburan malam, dan pembagian susu gratis.

Salah satu hambatannya adalah bersaing dengan Ganjar Pranowo, yang juga berasal dari Jawa Tengah, provinsi dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia. Anies dan Ganjar memiliki basis pendukung yang saling tumpang tindih, terutama di kalangan pemilih muda, urban, dan berpendidikan tinggi, yang menginginkan perubahan dan kemajuan di Indonesia.

Ganjar: Populis yang ingin melanjutkan pembangunan dan reformasi di Indonesia

Ganjar Pranowo adalah mantan anggota DPR yang kemudian menjadi gubernur Jawa Tengah pada 2013-2023. Ia mengundurkan diri dari jabatannya pada Oktober 2023 untuk mencalonkan diri sebagai presiden, dengan didampingi oleh Mahfud MD, mantan ketua Mahkamah Konstitusi, sebagai calon wakil presiden.

Ganjar adalah kandidat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), partai yang dipimpin oleh mantan presiden Megawati Soekarnoputri, dan juga partai pengusung Jokowi pada dua periode sebelumnya. Ganjar juga didukung oleh Aliansi Partai Politik, yang terdiri dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Perindo, dan Partai Hanura. Aliansi ini mendukung agenda populis dan nasionalis Ganjar, yang ingin melanjutkan pembangunan dan reformasi di Indonesia, serta menjaga stabilitas dan persatuan bangsa.

Menurut survei Litbang Kompas, Ganjar memiliki elektabilitas sebesar 30 persen sebagai calon presiden, turun delapan persen dari survei sebelumnya pada Januari. Hal ini menunjukkan bahwa Ganjar masih memiliki basis pendukung yang loyal, terutama di kalangan pemilih Jawa Tengah, yang mengapresiasi kinerja dan kepribadian Ganjar sebagai gubernur.

Ganjar juga memiliki prestasi yang cukup mengesankan sebagai gubernur Jawa Tengah, di mana ia berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, memperbaiki layanan publik, serta menangani pandemi COVID-19 dengan baik. Ganjar juga dikenal sebagai tokoh yang dekat dengan rakyat, humoris, dan berani mengkritik pemerintah pusat jika diperlukan.

Namun, Ganjar juga menghadapi sejumlah tantangan dan rintangan, baik dari dalam maupun luar partainya. Salah satu tantangannya adalah mengatasi perpecahan internal di PDI-P, yang terjadi akibat adanya kubu-kubu yang berbeda dalam mendukung calon presiden. Salah satu kubu yang paling vokal adalah kubu Puan Maharani, putri Megawati, yang juga menjabat sebagai ketua DPR.

Kesimpulan

Pemilihan presiden Indonesia 2024 akan menjadi pertarungan sengit antara tiga kandidat yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo akan berusaha memenangkan hati dan pikiran rakyat Indonesia dengan menawarkan visi dan program yang berbeda untuk memajukan Indonesia. Rakyat Indonesia diharapkan dapat menggunakan hak pilihnya dengan bijak dan bertanggung jawab, serta menghormati hasil pemilihan yang sah dan demokratis.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Scroll to Top