Editorial: Boeing 737 Max 9, Masalah Produksi dan Pengawasan yang Membahayakan Keselamatan

B737 In Question

Boeing, produsen pesawat terbesar di dunia, kembali menjadi sorotan setelah insiden terbaru yang melibatkan pesawat 737 Max 9, model terlaris dan paling bermasalah dari Boeing. Pada awal Januari 2024, sebuah panel pintu terlepas dari pesawat Alaska Airlines yang baru lepas landas dari Portland, Oregon, dan meninggalkan lubang besar di dinding kabin penumpang. 

Pesawat berhasil mendarat darurat, tanpa ada korban jiwa di antara penumpang dan awak. Namun, insiden ini menimbulkan pertanyaan tentang kualitas dan keamanan produksi Boeing, serta pengawasan yang dilakukan oleh regulator industri, Federal Aviation Administration (FAA).

Insiden ini bukan yang pertama yang melibatkan 737 Max 9, versi lebih panjang dari 737 Max 8 yang lebih umum. Pada tahun 2019, dua kecelakaan mematikan yang menewaskan 346 orang terjadi karena sistem kontrol penerbangan yang cacat, yang disebut Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). 

Sistem ini dirancang untuk mencegah pesawat terlalu condong ke atas, tetapi malah membuat pesawat terjun secara tidak terkendali. Kedua kecelakaan tersebut, yang melibatkan Lion Air dan Ethiopian Airlines, menyebabkan seluruh armada 737 Max dilarang terbang selama hampir dua tahun.

Setelah melakukan perbaikan dan pengujian yang ketat, Boeing akhirnya mendapatkan izin untuk mengoperasikan kembali 737 Max pada akhir 2020. Namun, sejak itu, telah terjadi beberapa insiden lain yang menunjukkan adanya masalah produksi dan pengawasan yang lebih luas. Pada bulan Desember 2020, sebuah pesawat 737 Max 8 milik Air Canada mengalami kerusakan mesin saat terbang dari Arizona ke Montreal. 

Pada bulan Januari 2021, sebuah pesawat 737 Max 8 milik Sriwijaya Air jatuh di Laut Jawa, menewaskan 62 orang. Penyebab kecelakaan ini masih diselidiki, tetapi diduga ada keterlibatan faktor cuaca dan kesalahan pilot.

Pada bulan yang sama, FAA mengumumkan bahwa mereka akan melakukan audit terhadap produksi 737 Max, setelah menemukan adanya cacat pada beberapa komponen yang dibuat oleh salah satu pemasok utama Boeing. Komponen tersebut adalah panel pintu yang sama yang terlepas dari pesawat Alaska Airlines. FAA juga memerintahkan semua maskapai yang mengoperasikan 737 Max 9 dengan panel pintu yang serupa untuk menghentikan penerbangan sampai pemeriksaan keamanan dilakukan. 

Menurut penyelidik, pesawat Alaska Airlines yang mengalami insiden sebelumnya telah menunjukkan tanda-tanda masalah pada sistem tekanan udara, yang membuat maskapai membatasi penerbangan pesawat tersebut di atas air.

Sementara itu, Boeing menghadapi tekanan dari investor, pelanggan, dan publik untuk memperbaiki reputasi dan kinerjanya. Pada minggu ini, Boeing merilis laporan keuangan kuartal keempatnya, yang menunjukkan kerugian sebesar $8,4 miliar, dan menahan proyeksi keuangan untuk tahun 2024. Boeing juga mengakui bahwa mereka telah membuat kesalahan dalam menangani masalah 737 Max, dan berjanji untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

Namun, janji ini tampaknya belum cukup untuk meyakinkan banyak orang, terutama mantan karyawan dan pengawas Boeing yang mengungkapkan adanya praktik buruk dalam produksi dan pengawasan pesawat.

Beberapa mantan karyawan Boeing mengatakan bahwa mereka telah melaporkan adanya cacat produksi pada pesawat Boeing, tetapi tidak dihiraukan oleh perusahaan atau FAA. Mereka menggambarkan budaya perusahaan yang mengutamakan kecepatan produksi daripada kualitas dan keselamatan, yang menyebabkan cacat terlewatkan atau diabaikan untuk memenuhi tenggat waktu. 

Salah satu mantan karyawan, John Barnett, mengatakan bahwa ia telah menemukan adanya kabel yang terpapar dan sampah seperti logam, kotoran, dan baut yang tersangkut di berbagai bagian pesawat, yang dapat menyebabkan hubungan pendek atau kebakaran. Ia juga mengatakan bahwa ia telah melakukan tes pada sistem oksigen darurat, dan menemukan bahwa 25 persen dari tabung oksigen tidak berfungsi.

Barnett mengatakan bahwa ia telah melaporkan temuannya kepada manajemen Boeing dan FAA, tetapi tidak ada tindakan yang diambil. Ia bahkan mengajukan gugatan hukum terhadap Boeing, tetapi kalah di pengadilan. Ia mengatakan bahwa ia merasa bertanggung jawab untuk mengungkapkan kebenaran, karena ia khawatir akan keselamatan penumpang dan awak pesawat. “Saya tidak ingin ada orang yang harus mengalami apa yang dialami oleh keluarga Lion Air dan Ethiopian Airlines,” katanya.

Barnett bukan satu-satunya yang mengungkapkan kekhawatiran tentang produksi Boeing. Ed Pierson, mantan manajer senior Boeing, juga mengatakan bahwa ia telah menyaksikan adanya masalah kualitas dan tekanan produksi yang berlebihan pada pabrik Boeing di Renton, Washington, tempat 737 Max dibuat. Ia mengatakan bahwa ia telah melihat adanya pesawat yang belum selesai, karyawan yang lelah, dan jadwal yang tidak realistis. 

Ia juga mengatakan bahwa ia telah menghubungi manajemen Boeing dan FAA, tetapi tidak mendapat respons yang memuaskan. Ia bahkan mengirim surat kepada Kongres AS, dan memberikan kesaksian di hadapan Komite Transportasi dan Infrastruktur pada tahun 2019.

Pierson mengatakan bahwa ia yakin ada hubungan antara masalah produksi dan kecelakaan 737 Max. Ia mengatakan bahwa MCAS bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan kecelakaan, tetapi juga ada faktor lain yang berkaitan dengan kualitas dan pengawasan pesawat. Ia mengatakan bahwa ia tidak percaya bahwa 737 Max aman untuk terbang, dan ia mengimbau agar FAA melakukan audit menyeluruh terhadap produksi Boeing. “Saya tidak akan naik pesawat itu sampai saya yakin bahwa semua masalah telah diselesaikan,” katanya.

Tuduhan-tuduhan ini menunjukkan adanya kegagalan sistemik dalam industri penerbangan, yang mengancam keselamatan dan kepercayaan publik. Boeing, sebagai produsen pesawat terbesar di dunia, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa produknya memenuhi standar kualitas dan keamanan tertinggi. 

FAA, sebagai regulator industri, memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengawasan yang ketat dan independen terhadap produksi dan operasi pesawat. Keduanya harus bekerja sama untuk mencegah terjadinya insiden dan kecelakaan yang dapat merenggut nyawa manusia.

Namun, kenyataannya, hubungan antara Boeing dan FAA tampaknya terlalu dekat dan tidak transparan. FAA telah memberikan otoritas kepada Boeing untuk melakukan sertifikasi sendiri terhadap beberapa aspek dari desain dan produksi pesawat. Hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan, karena Boeing dapat menekan atau memanipulasi hasil sertifikasi untuk menghemat biaya dan waktu. FAA juga tampaknya tidak memiliki sumber daya dan kompetensi yang cukup untuk melakukan pengawasan yang efektif terhadap Boeing.

Sebuah laporan dari Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) pada tahun 2020 menemukan bahwa FAA tidak memiliki proses yang memadai untuk mengawasi dan mengevaluasi kinerja Boeing dalam melakukan sertifikasi sendiri. Laporan tersebut juga menemukan bahwa FAA tidak memiliki data yang lengkap dan akurat tentang sertifikasi pesawat, dan tidak memiliki mekanisme yang efektif untuk mengatasi masalah yang muncul.

Hubungan antara Boeing dan FAA juga dipengaruhi oleh faktor politik dan ekonomi. Boeing merupakan salah satu kontraktor pertahanan terbesar di AS, dan memiliki pengaruh yang besar di Kongres dan Gedung Putih. Boeing juga merupakan salah satu eksportir terbesar di AS, dan memiliki dampak yang signifikan terhadap lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat membuat FAA enggan untuk mengambil tindakan yang dapat merugikan kepentingan Boeing, atau menghadapi tekanan dari pihak-pihak yang berkepentingan.

Akibatnya, hubungan antara Boeing dan FAA menjadi tidak seimbang, dan tidak mencerminkan prinsip-prinsip keselamatan dan kepercayaan publik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh, seperti ketika FAA menolak untuk menghentikan penerbangan 737 Max setelah kecelakaan Lion Air, meskipun otoritas penerbangan di negara-negara lain telah melakukannya.

Atau ketika FAA menyetujui untuk mengoperasikan kembali 737 Max, meskipun masih ada beberapa masalah yang belum terselesaikan, seperti masalah kabel yang dapat menyebabkan hubungan pendek, atau masalah perangkat lunak yang dapat menyebabkan pesawat mati secara tiba-tiba .

Hal ini menunjukkan bahwa FAA tidak memiliki otoritas dan kemandirian yang cukup untuk mengawasi Boeing, dan tidak dapat memberikan jaminan yang memadai kepada publik tentang keselamatan pesawat. Hal ini juga menunjukkan bahwa Boeing tidak memiliki komitmen dan tanggung jawab yang cukup untuk memperbaiki masalah-masalah yang ada, dan tidak dapat dipercaya untuk melakukan sertifikasi sendiri. Hal ini dapat membahayakan keselamatan penerbangan, dan merusak reputasi industri penerbangan AS.

Oleh karena itu, diperlukan perubahan yang mendasar dan menyeluruh dalam hubungan antara Boeing dan FAA, serta dalam sistem produksi dan pengawasan pesawat. Beberapa langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

  • Memperkuat peran dan kapasitas FAA dalam melakukan pengawasan terhadap Boeing, dengan meningkatkan sumber daya, kompetensi, dan transparansi FAA. FAA harus dapat melakukan inspeksi, audit, dan evaluasi yang independen dan objektif terhadap desain, produksi, dan operasi pesawat, tanpa tekanan atau campur tangan dari Boeing atau pihak lain. FAA juga harus dapat memberikan sanksi yang tegas dan proporsional terhadap Boeing jika terjadi pelanggaran atau kegagalan.
  • Mengurangi ketergantungan Boeing terhadap sertifikasi sendiri, dengan meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas Boeing. Boeing harus dapat menunjukkan bahwa mereka telah memenuhi semua standar kualitas dan keamanan yang ditetapkan oleh FAA, dan tidak ada cacat atau masalah yang tersembunyi atau diabaikan. Boeing juga harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat tentang produk dan proses mereka kepada FAA, pelanggan, dan publik.
  • Meningkatkan kualitas dan keamanan produksi Boeing, dengan meningkatkan budaya dan praktik kerja Boeing. Boeing harus dapat mengutamakan keselamatan dan kualitas daripada kecepatan dan biaya, dan tidak mengorbankan satu aspek untuk aspek lain. Boeing juga harus dapat menghormati dan mendengarkan suara karyawan, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya, dan tidak mengabaikan atau menekan mereka yang melaporkan adanya masalah atau kekhawatiran.

Langkah-langkah ini dapat membantu memperbaiki hubungan antara Boeing dan FAA, serta meningkatkan keselamatan dan kepercayaan publik terhadap industri penerbangan. Hal ini juga dapat membantu Boeing untuk mengembalikan reputasi dan kinerjanya, dan menghadapi persaingan yang semakin ketat dari produsen pesawat lain, seperti Airbus.

Hal ini juga dapat membantu FAA untuk mempertahankan standar dan otoritasnya sebagai regulator industri penerbangan, dan menghadapi tantangan yang semakin kompleks dari perkembangan teknologi dan regulasi global.

Kesimpulan

Boeing 737 Max 9 adalah simbol dari masalah produksi dan pengawasan yang membahayakan keselamatan penerbangan. Masalah ini harus segera diatasi, sebelum terjadi insiden atau kecelakaan yang lebih parah. Boeing dan FAA harus bekerja sama untuk melakukan perubahan yang mendasar dan menyeluruh, dan memastikan bahwa produk dan proses mereka memenuhi standar kualitas dan keamanan tertinggi. Hanya dengan begitu, industri penerbangan dapat kembali menjadi andalan dan kebanggaan AS.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Scroll to Top