Pemerintah Indonesia telah melonggarkan persyaratan untuk mendapatkan visa emas, atau visa tinggal terbatas (ITAS), bagi investor asing yang tertarik untuk berinvestasi di ibu kota negara baru (IKN) di Kalimantan Timur. Langkah ini bertujuan untuk menarik lebih banyak modal asing dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.
Visa emas adalah visa yang memberikan hak tinggal jangka panjang bagi pemegangnya, tanpa perlu memperpanjang atau mengurus izin tinggal lainnya. Visa ini juga memberikan kemudahan dalam melakukan aktivitas bisnis, bekerja, belajar, dan berwisata di Indonesia.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, pemerintah telah menurunkan nilai investasi minimum yang diperlukan untuk mendapatkan visa emas dari US$500.000 menjadi US$300.000 bagi investor asing yang berinvestasi di IKN. Selain itu, pemerintah juga telah memperpanjang masa berlaku visa emas dari lima tahun menjadi 10 tahun, dengan kemungkinan diperpanjang lagi hingga 20 tahun.
“Kami berharap dengan adanya visa emas ini, akan ada lebih banyak investor asing yang tertarik untuk berinvestasi di IKN, khususnya di sektor-sektor prioritas seperti infrastruktur, energi, teknologi, dan industri kreatif,” kata Airlangga dalam konferensi pers virtual pada Selasa (30/1/2024).
Airlangga menambahkan bahwa visa emas ini juga berlaku bagi investor asing yang berinvestasi di kawasan ekonomi khusus (KEK), kawasan industri, dan kawasan perdesaan strategis di seluruh Indonesia. Namun, nilai investasi minimum yang diperlukan untuk mendapatkan visa emas di kawasan-kawasan tersebut tetap US$500.000.
Untuk mengurus visa emas, investor asing dapat mengajukan permohonan secara daring melalui situs web Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau melalui perwakilan diplomatik Indonesia di luar negeri. Proses pengajuan visa emas ini dijamin tidak akan lebih dari 30 hari kerja.
Menurut Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, visa emas ini merupakan salah satu insentif yang diberikan pemerintah untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia, khususnya di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Ia mengatakan bahwa visa emas ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor asing terhadap Indonesia sebagai destinasi investasi yang menarik dan menguntungkan.
“Visa emas ini adalah salah satu cara kami untuk menyambut investor asing dengan tangan terbuka. Kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang ramah investor, yang memberikan kemudahan dan perlindungan bagi mereka yang ingin berinvestasi di sini,” ujar Bahlil.
Bahlil juga mengungkapkan bahwa pemerintah menargetkan untuk menerbitkan visa emas bagi 1.000 investor asing pada tahun 2024. Ia mengklaim bahwa sejak visa emas ini diluncurkan pada November 2020, sudah ada sekitar 300 investor asing yang mendapatkan visa emas, dengan nilai investasi total mencapai US$200 juta.
Salah satu investor asing yang telah mendapatkan visa emas adalah James Chen, seorang warga negara Singapura yang berinvestasi di sektor properti di IKN. Ia mengatakan bahwa visa emas ini memberikan banyak manfaat bagi dirinya, seperti kemudahan dalam mengurus perizinan, bebas dari birokrasi, dan tidak perlu khawatir tentang masa tinggalnya di Indonesia.
“Visa emas ini sangat membantu saya dalam menjalankan bisnis saya di IKN. Saya merasa lebih nyaman dan aman tinggal di sini, karena saya tidak perlu repot-repot mengurus izin tinggal setiap tahun. Saya juga bisa bebas bergerak di seluruh Indonesia, tanpa ada batasan,” kata James.
James mengaku tertarik untuk berinvestasi di IKN karena melihat potensi besar yang dimiliki kawasan tersebut, yang akan menjadi pusat pemerintahan, bisnis, dan inovasi di Indonesia. Ia berharap bahwa dengan adanya visa emas ini, akan ada lebih banyak investor asing lainnya yang mau berinvestasi di IKN dan membantu membangun ibu kota negara baru yang lebih maju dan modern.
“Menurut saya, IKN adalah proyek yang sangat visioner dan ambisius, yang akan mengubah wajah Indonesia di masa depan. Saya senang bisa menjadi bagian dari sejarah ini, dan saya berharap visa emas ini akan menarik lebih banyak investor asing untuk bergabung dengan saya,” tutur James.